20 Desa di Barito Kuala masih Terendam

Sumber:Media Indonesia - 25 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANJARMASIN (Media): Sebanyak 20 desa di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan (Kalsel), kemarin, masih terendam banjir hingga setinggi satu meter.

Ke-10 desa yang dilanda banjir sejak sekitar sebulan lalu itu berada di tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Kuripan, Tabukan, dan Kecamatan Bakumpai.

Banjir terparah terjadi di sembilan desa di Kecamatan Kuripan, akibat meluapnya Sungai Barito. Di wilayah tersebut sebanyak 5.234 rumah penduduk yang dihuni lebih dari 30.000 jiwa terendam.

Sedangkan di Kecamatan Tabukan delapan desa terendam, yaitu Desa Muara Pulau, Rantau Bamban, Teluk Tamba, Tabukan Raya, Tamba Jaya, Bandar Karya, Pantang Raya, dan Desa Pantang Baru. Tiga desa lainnya berada di Kecamatan Bakumpai yaitu Desa Balukung, Banitan, dan Desa Palingkau.

Akibat bencana tersebut aktivitas masyarakat yang sebagian besar bekerja sebagai nelayan, pencari rotan, dan petani, lumpuh. Minimnya bantuan menyebabkan warga terpaksa makan seadanya, termasuk padi yang semula disiapkan untuk bibit.

Bupati Barito Kuala Eddy Sukarma, kemarin, mengatakan, banjir kali ini merupakan yang paling parah selama 50 tahun terakhir. ''Ribuan warga kini hidup dalam penderitaan akibat banjir,'' katanya.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel melalui Satuan Koordinasi Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (Satkorlak PBP) telah memberikan bantuan tanggap darurat kepada korban banjir di Barito Kuala. Bantuan yang diberikan berupa uang sebesar Rp50 juta, obat-obatan, kebutuhan pokok, dan pakaian.

Selain di Barito Kuala, bencana banjir di Kalsel juga masih melanda sebagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu di wilayah Kecamatan Danau Panggang dan Kecamatan Babirik. Di Hulu Sungai Selatan banjir masih menggenang di Kecamatan Daha Utara, Daha Selatan, dan Kecamatan Kelumpang dengan ketinggian air sekitar 50 sentimeter (cm) hingga 75 cm. Hal serupa juga masih terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

Belum ditanami

Sementara itu, meski banjir di Kecamatan Lempuing, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan (Sumsel), mulai surut, namun sekitar 4.500 hektare (ha) lahan sawah tidak bisa ditanami padi karena masih tergenang air.

''Dalam dua bulan terakhir ini kami tidak ada kerjaan. Sedangkan simpanan padi sudah mulai habis, kami bingung mencari makan,'' kata Hamidin, 56, petani Desa Dabukrejo, Kecamatan Lempuing kepada {Media] Sabtu (23/4).

Menurut dia, jika areal tanaman padi yang ditanam pada Februari 2005 tidak diterjang banjir pada bulan lalu, simpanan padinya cukup untuk kebutuhan sampai tanaman padinya dipanen. Kini, persediaan padinya hampir habis, sementara itu tanaman padi hancur diterjang banjir, bahkan kini belum bisa menanam padi lagi.

Dalam tahun ini, banjir yang melanda wilayah yang dikenal sebagai lumbung beras itu terjadi dua kali yakni pada Januari dan akhir Maret. Banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Randu dan Sungai Ogan, sehingga menenggelamkan sekitar 7.000 ha lahan tanaman padi milik petani.

Bupati OKI Ishak Mekki membenarkan petani di Lempuing saat ini kesulitan menanam padi kembali, sebab air yang merendam lahan mereka tinggi. ''Kita akan usahakan menutup aliran Sungai Randu, sehingga lahan itu cepat kering dan bisa ditanami kembali. Kami juga telah meminta pemerintah pusat agar membantu 100 ton bibit padi untuk dibagi-bagikan kepada petani,'' kata Ishak.

Dia juga mengatakan, saat ini petani belum sampai mengalami paceklik. ''Mereka masih bisa mencari makan dengan berkebun, mencari ikan dan lainnya,'' ujar Bupati.

Dari Cilacap dilaporkan, akibat musim angin, ribuan nelayan di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, tidak melaut. Gelombang di pantai mencapai satu hingga 1,5 meter sedangkan di tengah laut sekitar lima meter.(DY/AY/LD/N-1)

Post Date : 25 April 2005