Depok Kewalahan Angkut Sampah

Sumber:Republika - 26 Februari 2013
Kategori:Sampah Luar Jakarta
MARGONDA - Sampah telah mengganjal ambisi Kota Depok meraih Adipura pada 2012. Tahun ini, penghargaan sebagai kota terbersih tampaknya masih sebatas mimpi di siang bolong bagi Pemerintah Kota Depok karena problem sampah masih belum mampu diatasi.

Sebanyak 62 persen sampah di Kota Depok tidak dapat diangkut oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan, kelemahan yang diakui sendiri oleh Kepala Bidang Kebersihan Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Depok, Rahmat Hidayat. "Sampah di Depok terangkut 28 persen, diolah di UPS 10 persen, berarti 38 persen cakupan layanannya. Berarti, kanada 62 persen nggakke mana-mana," kata Rahmat kepada Republika, Senin (25/2).

Sementara itu, Kota Depok hanya memiliki 67 unit truk pengangkut sampah yang dapat mengangkut 1.200 meter kubik sampah atau sekitar 28 persen saja dari 4.500 meter kubik sampah yang dihasilkan warga Depok setiap harinya. Selebihnya, sampah-sampah tersebut hanya diangkut menggunakan gerobak dan diolah di Unit Pengolahan Sampah (UPS). "Makanya, banyak sampah yang masih meluber di jalan. Harus kita aku itu. Kapasitas pelayanan kita kurang," kata Rahmat.

Tak hanya kapasitas pengangkutan sampah yang kurang. Kota Depok juga belum mampu mengolah sebagian besar sampah yang ada. Jumlah UPS yang beroperasi di Depok hanya sekitar 21 unit dari 45 unit yang ada lantaran sejumlah UPS tersebut masih dalam tahap persiapan sarana. Selain UPS, Depok juga telah memiliki sekitar 160 Tempat Pembuangan Sementara (TPS).

Rahmat juga mengaku tidak maksimalnya pelayanan pengangkutan sampah lantaran terbatasnya kapasitas TPA Cipayung. TPA Cipayung yang memiliki luas 11,2 hektare hanya dapat mengolah 1.200 meter kubik sampah. Sementara itu, sebanyak 3.300 meter kubik sampah diolah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) dan Unit Pengolahan Sampah (UPS). "Ada keterbatasan TPA. Kalau semua kita angkut ke TPA, sama saja mempercepat umur TPA. Framekita itu harusnya mengu- rangi jumlah sampah ke TPA, bukan menambah," jelasnya.

Untuk mengurangi jumlah sampah yang ada, saat ini Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok sedang fokus dalam program pemilahan sampah di rumah tangga dengan membangun bank sampah dan melaksanakan program Depok memilah. Dinas Kebersihan mendorong warganya melakukan pengolahan sampah di skala ru mah tangga juga pengolahan sampah di kawasan permukiman dengan membentuk bank sampah dan UPS. Saat ini, kata Rahmat, sudah ada 70 bank sampah dari semula lima bank saja. Bank sampah ini berfungsi sebagai tempat untuk mengumpulkan sampah yang masih bisa didaur ulang sehingga bisa dijual kembali.

Dengan kemampuan pengangkutan dan pengolahan sampah yang belum optimal itu, Kota Depok juga mendapat beban sampah tambahan yang dibuang oleh warga wilayah tetangganya, seperti dari Jakarta Selatan dan Kabupaten Bo gor. Berdasarkan pemantauan di Jalan Raya Citayam, tumpukan sampah liar terlihat di tepi jalan yang terletak di perbatasan antara Depok dan Bogor itu. Panjang sampah tersebut hampir 25 meter dan air sampah tampak mengalir di pinggir jalan. Simamorang, pemilik bengkel tepat di depan sampah tersebut, sangat terganggu dengan keberadaan tempat sampah liar itu. "Ya mengganggu, bau. Sudah lama itu tumpukan sampahnya," katanya.

Sementara itu, Japet Kiblat (25 tahun), warga Bogor, mengakui, banyak warga Bogor yang juga membuang sam pah di TPS liar tersebut. Mereka biasanya menggunakan sepeda motor sambil membawa tas kresek yang berisi sampah untuk dibuang di lokasi tersebut. Selain itu, tumpukan sampah liar juga terlihat di akses jalan Situ Citayam. Sampah tersebut tampak meluber di tepi jalan sepanjang hampir 10 meter. (c71, ed: rahmad budi harto)


Post Date : 26 Februari 2013