Jawa, Bali dan NTT Rawan Krisis Air

Ketersediaan air di sebagian pulau di Indonesia cukup rawan untuk jangka waktu tertentu ke depan. Para pemangku kepentingan diminta memberikan perhatian dan mengambil langkah atas persoalan ini.

"Wilayah yang sebaran ketersediaan airnya agak mengkhawatirkan (adalah) di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT)," sebut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, Mohammad Hasan, dalam seminar peringatan Hari Air Dunia XXI di Padang, Kamis (11/4/2013). Dia mengatakan ada sebaran kebutuhan dan pasokan air yang tidak sepadan.

Bila dilihat secara keseluruhan, ujar Hasan, ketersediaan air Indonesia cukup banyak dan bahkan bisa disebut sebagai negara paling kaya air. Dihitung proporsinya dengan jumlah penduduk Indonesia, rata-rata ketersediaan air mencapai 6.600 kubik per kapita. "Tapi diPulau Jawa (misalnya), hanya (tersedia) 1.200 kubik per kapita karena terlalu banyak penduduk," papar dia.

Hasan mengatakan perlu dilakukan beragam kebijakan konservasi untuk mengantisipasi masalah ketersediaan air ini. Di antara cara itu adalah membangun waduk dan embuk, yang dapat menahan air pada musim penghujan dan digunakan tampungan airnya saat musim kemarau. "Pembangunan embung sejak dua tahun terakhir telah digalakkan," ujar dia.

Menurut Hasan, pemerintah juga terus melanjutkan program pembangunan bendungan. Namun, ujar dia, persoalan sosial yang harus dihadapi setiap kali sebuah bendungan akan dibangun, sangat banyak. Proyek waduk Jati Gede di Sumedang, Jawa Barat, dia sebutkan sebagai contoh kompleksnya persoalan pembangunan bendungan.

Harusnya waduk itu dijadwalkan rampung Oktober 2012, namun belum kunjung tuntas hingga saat ini karena terkendala belum selesainya pemindahan penduduk di daerah yang bakal tergenang. Di area yang bakal tenggelam menjadi waduk Jati Gede, ada 4.500 kepala keluarga yang tanahnya sudah dibebaskan tetapi masih bertahan tinggal meski kondisinya juga miskin.

Post Date : 12 April 2013