|
Bandung, Kompas - Sedikitnya 2.400 rumah di Perumahan Bumi Panyileukan, Kelurahan Cipadung Kidul, Kota Bandung, terendam banjir sejak Selasa malam. Hingga Rabu (26/11) sore ketinggian air masih 75 sentimeter. Banjir menewaskan Aditya (11). Ada dugaan bocah itu tersengat arus listrik. Menurut Ketua Karang Taruna Kecamatan Panyileukan Martin Renaldi (29), saat itu Aditya bermain di air banjir. Terakhir diketahui dia memegang tiang listrik. Setelah itu, dia ditemukan mengambang tak bernyawa. Banjir terparah terjadi di RW 04 sampai RW 11 Kelurahan Cipadung Kidul. Sebagian besar warga mengungsi. ”Setiap tahun banjir melanda daerah ini, tetapi tidak pernah ada penanganan serius dari pemerintah,” kata Adler Rustam dari Forum Banjir Cipadung Kidul. Rustam mengatakan, biasanya tinggi air 20-50 cm, tetapi saat ini 75 cm. Rustam menduga banjir terjadi karena drainase perumahan buruk. Permukiman itu lebih rendah dari bibir Sungai Cipariuk dan Cinambo. Karena itu, drainase harus segera diperbaiki. Wali Kota Bandung Dada Rosada mengunjungi korban banjir pada Rabu siang saat air surut sebentar. Dia berjanji akan segera mengatasi banjir. Sebaliknya, Dada mengingatkan agar warga tidak membuang sampah sembarangan. Warga mendirikan posko kesehatan yang dijaga dua dokter dan empat perawat. Di posko juga tersedia 25 dus mi instan, dua dus sarden, satu kuintal beras, dan dua dus air mineral. ”Ini sumbangan warga, Pak Dada belum menyumbang,” kata Koordinator Posko, Dikdik Rahardiana (35). Banjir juga melanda tiga desa di Kecamatan Majalalaya, Kabupaten Bandung, yaitu Desa Majalaya, Majasetra, dan Sukamaju. Tidak kurang dari 800 rumah terendam banjir setinggi 80 cm. Sekretaris Camat Majalaya Lili Sadeli mengatakan, bantuan untuk korban banjir terus berdatangan dari pelbagai pihak. Kepala Subbidang Pengamatan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Wawan Irawan menyatakan, curah hujan di Jawa Barat pada bulan November diperkirakan 100 milimeter per hari. Curah hujan akan terus meningkat hingga Maret-April 2009. Pada puncak musim hujan, curah hujan mencapai 200-300 mm per hari. Ia mengingatkan penduduk daerah rawan gerakan tanah Jabar, khususnya Cianjur, Ciamis, Tasikmalaya, dan Garut, untuk berhati-hati. Sistem peringatan dini terhadap warga juga harus ditingkatkan. Hujan juga merendam Samarinda, Kalimantan Timur, Rabu, akibat luapan Sungai Karangmumus. Banjir setinggi satu meter merendam Kelurahan Temindung Permai dan Gunung Lingai, Kecamatan Samarinda Utara. Kedua kelurahan itu dua minggu lalu kebanjiran hingga ketinggian 1,5 meter. ”Tadi pagi masih setengah meter, tetapi menjelang siang air terus naik,” kata Sumiyati, warga Temindung Permai. Banjir lebih parah bisa terjadi bila Kamis hujan mengguyur kawasan hulu Sungai Karangmumus. Belum ada laporan resmi, tetapi berdasarkan pantauan, banjir menggenangi 20 RT di Temindung Permai yang dihuni 2.000 keluarga. Adapun empat RT di Gunung Lingai yang kebanjiran setidaknya dihuni 300 keluarga. Humas Pemerintah Kota Samarinda Muhammad Faisal menyatakan, pemkot telah siaga menurunkan perahu bila banjir tidak kunjung surut. Perahu dipakai untuk mengantarkan warga bepergian keluar dari permukiman seperti dua minggu lalu. Longsor di Pacitan Longsor di Desa Ngerco, Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Rabu, mengganggu arus lalu lintas dari Pacitan ke Ponorogo. Di Desa Bungur, Kecamatan Tulakan, semakin lebarnya jalan yang ambles membuat arus lalu lintas dari Pacitan ke arah Trenggalek terganggu. Di Desa Ngerco, longsor terjadi sekitar pukul 10.00. Menurut Camat Tegalombo Djoko Putro, tebing longsor sepanjang 10 meter dengan tebal material longsoran sekitar 2 meter. Material longsoran ini menutup separuh badan jalan utama Pacitan-Ponorogo sehingga kendaraan yang melintas harus bergantian. Arus lalu lintas pun menjadi padat. ”Terganggunya arus lalu lintas ini hanya sekitar satu jam. Material longsoran langsung dibersihkan oleh warga secara gotong royong,” ujar Djoko. Longsornya tebing disebabkan guyuran hujan di daerah Tegalombo. Jalur Pacitan-Ponorogo memang rawan terjadi longsor. Pada musim hujan akhir tahun 2007 sampai awal tahun 2008, longsor terjadi beberapa kali di lokasi ini sehingga arus lalu lintas terputus. Di Desa Bungur, menurut Kepala Satuan Lalu Lintas Kepolisian Resor Pacitan Ajun Komisaris Sudarhanto, kondisi jalan utama Pacitan-Trenggalek yang ambles dua minggu lalu bertambah parah. Jika dua minggu lalu yang ambles hanya bahu jalan, Rabu sekitar pukul 11.30 separuh badan jalan ikut ambles. Akibatnya, kendaraan yang melintas terpaksa bergantian di badan jalan yang tidak ambles. Jika tidak segera diatasi, dikhawatirkan seluruh badan jalan ambles sehingga jalur Pacitan ke Trenggalek putus. ”Yang terkena imbas adalah truk-truk bermuatan berat yang membawa material untuk pembangunan PLTU di Sudimoro (Pacitan). Mereka tidak bisa lewat,” kata Sudarhanto. Badan jalan ambles akibat tebing curam di bawah badan jalan longsor. (MHF/CHE/BRO/APA) Post Date : 27 November 2008 |