Yogyakarta, Kompas - Sebanyak 2.160 media penyimpanan sampah organik menjadi kompos atau komposter akan dibagikan kepada masyarakat di 36 kelurahan di Yogyakarta yang berada di pinggir sungai. Hal tersebut dilakukan untuk memberdayakan masyarakat agar menjaga sungai tetap bersih sekaligus memperoleh manfaat secara ekonomi.
Kepala Subbagian Pemulihan Lingkungan Bidang Pengawasan dan Pengendalian Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Pieter Lawoasal mengemukakan, komposter itu akan dibagikan mulai November. Setiap kelurahan, baik itu yang berada di pinggir Kali Code, Gajahwong, maupun Winongo, mendapatkan 60 unit.
"Sekarang masih tahap sosialisasi dan pelatihan," ujar Pieter, Selasa (27/10). Komposter ini dibeli dari dana alokasi khusus senilai Rp 300 juta. Untuk tahap pertama, menurut Pieter, pembagian komposter lebih ditekankan sebagai stimulan. Upaya ini merupakan sebuah terobosan baru. Sejak 1996, program kali bersih (prokasih) hanya diisi kegiatan konvensional berupa kerja bakti membersihkan sungai tanpa diikuti kegiatan berkesinambungan.
"Ini adalah inovasi kami ke depan. Selama ini, prokasih, kan, identik dengan bersih-bersih. Dalam setahun, ada dua kali kerja bakti. Namun, kali ini kami membuat bagaimana prokasih itu menjadi suatu program yang benar-benar masyarakatnya lebih peduli pada sungai," katanya.
Serius
Pembuatan kompos ini, lanjut Pieter, tidak saja memberi keuntungan bagi sebagian masyarakat yang berada di tepi sungai, tetapi juga membawa dampak lebih besar, salah satunya mencegah meluapnya air sungai akibat sampah. Di sisi lain, persoalan sampah di Yogyakarta menjadi masalah serius yang memerlukan penanganan berbeda dari daerah lain.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 menyatakan, pada tahun 2010 tidak boleh ada sampah organik masuk ke tempat pembuangan sampah. Artinya, sampah-sampah tersebut harus dikelola oleh masyarakat. Sebelumnya, Kepala BLH Yogyakarta Suyana mengemukakan, sudah ada sekitar 3.000 rumah tangga di Yogyakarta yang melakukan pengelolaan sampah mandiri.
Tahun ini, rumah tangga yang melakukan pengelolaan sampah ditargetkan naik menjadi 6.000. BLH memperkirakan, volume sampah di Yogyakarta, baik itu dari rumah tangga maupun pusat ekonomi, saban hari mencapai 300 ton. Dari jumlah itu, baru 20 ton yang dikelola secara mandiri oleh masyarakat maupun tempat sampah komunal. (WER)
Post Date : 28 Oktober 2009
|