|
[BEKASI] PT Godang Tua Jaya (GTJ) sebagai pengelola Tempat Penampungan Akhir (TPA) Bantar Gebang akan melibatkan sekitar 2.000 pemulung untuk ikut mengelola sampah. Para pemulung akan menjadi pihak ketiga yang mengelola sampah jika pembangunan sortir plan (alat pemisah sampah) sudah dijalankan. "Saat ini masih dalam tahap persiapan dan pembangunan instalasi dan fasilitas pengolahan TPA menjadi PLTS (pembangkit listrik tenaga sampah, Red). Kami juga sudah merekrut sekitar 150 pemulung," ucap Vice Managing Director PT GTJ Linggom F Lumbon kepada wartawan di Bekasi, Rabu (18/3). Dikatakan, sebanyak tiga alat pemisah sampah yang dibutuhkan untuk mengolah 110 hektare lahan di TPA Bantar Gebang yang penuh sampah. "Satu unit terdiri dari tiga line. Satu line butuh 50-70 pekerja untuk satu shift. Kami akan memberlakukan sistem 24 jam yang terdiri dari 3 shift. Jadi satu line per hari dibutuhkan 150-210 pekerja," kata Lumbon. Seperti diketahui, PT GTJ mengelola TPA Bantar Gebang hingga 15 tahun ke depan atau sampai tahun 2023. PT GTJ menggandeng PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) dan Sindicatum Capital Carbon serta Organic International Limited untuk mengelola TPA Bantar Gebang. Perusahaan itu sebagai produsen pupuk organik (kompos) berbahan baku sampah pasar dan salah satu subkontraktor di TPA Bantar Gebang ketika TPA Bantar Gebang masih dikelola PT Patriot Bekasi Bangkit (PBB). PT NOEI memiliki pengalaman mengolah sampah menjadi sumber energi listrik di Instalasi Pengelolaan Sampah Terpadu (IPST) Sarbagita di TPA Suwung, Denpasar, Bali. Dijelaskan, hingga saat ini pemulung yang terdaftar di TPA Bantar Gebang sebanyak 5.000 orang, termasuk pemulung musiman. "Perekrutan diutamakan bagi pemulung yang merupakan penduduk setempat. Karena dari jumlah 5.000 orang, banyak juga yang pemulung musiman yang bukan penduduk setempat," ujar Lumbon. Dia menjanjikan, pada 2011, semua instalasi dan fasilitas dalam pengolahan sampah TPA Bantar Gebang berjalan. Sehingga perekrutan juga bisa direkrut sebelum 2011. "Jadi tahun 2011 sudah bisa berjalan semuanya. Namun, perekrutan mau dijadikan karyawan perusahaan kami atau bukan," ujarnya. Bau Tak Sedap Sementara itu, aktivis Forum Warga Bantar Gebang Suhendar menilai, meski sudah dikelola secara profesional, hingga saat ini masyarakat masih resah karena bau tak sedap dan kurang berjalannya sistem pengawasan pasokan sampah hingga pengelolaan sesuai Standar Operasional (SOP) system sanitary landfill. Sehingga bau sampah tetap menyeruak busuk sampai ke daerah sekitarnya. "Kami warga Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu yang bersinggungan langsung dengan lokasi TPA akan terus mengawasi dan keberatan jika bau dan sistem yang ada tidak jalan. Kami akan terus menyampaikan suara kami ke DPRD Kota Bekasi yang kerap melakukan kritikan terhadap Pemerintah Kota Bekasi," ujarnya. [E-5] Post Date : 19 Maret 2009 |