|
HUJAN deras yang mengguyur Kota Semarang Senin (6/1) berdampak banjir di sejumlah tempat. Tak kurang, air menggenangi fasilitas pendidikan sehingga membuat repot, guru, siswa, dan orang tua. Meski cepat surut, namun sebagian air menyisakan genangan berhari-hari di sekolah. Pantuan Suara Merdeka banjir di SMP 34, SMP 20, SD Tlogosari Wetan 2, SD Tlogosari Wetan 4, atau SMA 10 segera surut. Sebaliknya, kondisi memprihatinkan dialami guru dan siswa di SD Muktiharjo Lor, Kecamatan Genuk. ’’Air setinggi paha orang dewasa menggenangi halaman dan jalan masuk sekolah. Kami pun harus berbasah-basah bila ingin belajar ke sekolah karena dalam dua hari air tak kunjung hilang,’’ tutur Fahrurozi siswa kelas enam SD Muktiharjo Lor. Kondisi tersebut menggambarkan banjir yang menggenang lumayan parah. Hingga Selasa (7/1) siang, air masih mencapai ketinggian 50 sentimeter menjadikan halaman sekolah mirip kolam buatan. Air menggenangi kawasan sekolah seluas lebih 500 m2. Terletak di kawasan cekungan antara Tlogosari, Kaligawe, dan Genuk lokasi sekolah juga terlihat sepi kendaraan melintas. Padahal hari-hari biasa kawasan penghubung Bangetayu-Kaligawe itu padat lalu lintas kendaraan. Kalaupun ada, mereka yang nekat melintas tepat di depan sekolah atau tepatnya di jalan Muktiharjo Raya, kemarin mengalami nasib sial. Pengendara, akhirnya terjebak banjir sehingga terpaksa mendorong kendaraan dengan susah payah, seperti yang dialami pengemudi Mistusibishi L 300. Namun kejadian itu malah menarik perhatian siswa-siswi SD Muktiharjo Lor yang sedang memasuki jam istirahat. Mereka, seperti mendapat kesempatan berbasah-basah sembari membantu mendorong mobil atau motor yang mogok. Para murid sudah tidak berpikir mengenai pakaian mereka yang basah oleh air banjir. ’’Toh habis ini kami juga langsung pulang. Bermain di air sangat menyenangkan,’’ tutur Irfan salah seorang siswa. Kenyataan tersebut hanya bisa ditanggapi Kasek Jumadi dengan mengelus dada. ’’Kalau sudah banjir semacam ini apalagi hujannya deras seperti Senin sore, genangan air bisa mencapai dua hari. Banjir tak langsung surut lantaran posisi sekolah berada di cekungan,’’tutur dia. Meski bangunan sekolah sudah ditinggikan dengan mendapat biaya hingga Rp 250 juta namun banjir tetap tak terpisahkan dari aktivitas pendidikan di tempat itu bertahun-tahun. Hampir serupa, kisah dituturkan Kasek SMP 34 Yuli Heriani. Lokasi sekolah yang berada di Kelurahan Tlogomulyo Kecamatan Pedurungan itu selalu menjadi langganan banjir. Hujan deras yang sempat mengguyur membuat tiga ruangan kelas kebanjiran. Beruntung air cepat surut tak menggenang terlalu lama. Selain karena sekolah berada di titik yang rendah, persoalan saluran air menjadi penyebab banjir. Yuli meminta pemerintah memberikan perhatian pada perbaikan saluran air sehingga sekolah tak selalu menjadi langganan genangan air. Lokasi Alternatif Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Bunyamin mengemukakan, terdapat beberapa sekolah diwilayahnya rawan banjir. Meski tidak hapal persis jumlahnya, sekolah itu berada di kawasan cekungan seperti Kecamatan Semarang Utara, Genuk, dan sebagian Semarang Tengah. Namun, dia mengaku sudah berkoordinasi dengan unit pelaksana teknis daerah (UPTD) di tingkat kecamatan, hingga sekolah. ’’Yang pertama harus diperhatikan adalah keselamatan siswa, guru dan karyawan. Kalau, kemudian sekolah benar-benar kebanjiran harus diupayakan lokasi alternatif. Saya menyarankan bisa di rumah atau tempat lain yang memungkinkan,’’ terang Kadinas. Selebihnya, dinas masih akan terus melaksanakan pantauan sehubungan sekolah rawan banjir. Selain itu kemungkinan menyediakan anggaran untuk peninggian lokasi sekolah agar tak selalu terendam air. Sementara itu, di wilayah Semarang Utara tak luput menjadi langganan banjir ketika musim hujan. Sejumlah sekolah hingga Kantor UPTD Pendidikan Semarang Utara pun terkena imbas bencana itu. Akan tetapi, meski banjir tidak menyurutkan kegiatan belajar mengajar di sejumlah sekolah di kawasan Semarang Utara. Para siswa, guru, ataupun pegawai UPTD tetap masuk seperti biasa. Adapun sekolah yang terkena banjir di Semarang Utara diantaranya, SD Al Irsyad, SD Badan Wakaf Sultan Agung, SD Kuningan 01-02-03, SD Bangunsari, SD Bandaharjo, SD Purwosari, dan TK PGRI. Kepala UPTD Semarang Utara, Hartini menyampaikan, banjir atau pun rob bukan sesuatu yang luar biasa di wilayahnya. Maka itu, tidak ada yang menghalangi siswa atau pegawai UPTD untuk datang ke sekolah dan kantor. ’’Air bah yang datang itu tidak sampai menggenangi ruang kelas atau kantor. Banjir hanya masuk di halaman atau teras sekolah,’’ ungkapnya. Banjir di kawasan Semarang Utara memang melumpuhkan akses jalan menuju ke sekolah. Namun, orang tua tetap semangat mengantar anaknya datang ke sekolah dengan menggunakan sepeda atau becak. (Hari Santoso, Anggun Puspitoningrum-72) Post Date : 08 Januari 2014 |