|
MAKASSAR, KOMPAS — Bencana banjir melanda sebagian besar wilayah daratan Sulawesi Tenggara, Selasa (16/7). Salah satu daerah terparah dilanda banjir adalah Kendari. Ribuan rumah tergenang air dari luapan puluhan sungai yang melintasi kota tersebut sehingga memaksa ribuan keluarga mengungsi. ”Dari pendataan sementara, hampir semua wilayah Kota Kendari digenangi air dan di beberapa titik terjadi longsor. Rumah yang terendam sekitar ribuan unit,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sulawesi Tenggara Zuhuri Machmud, yang dihubungi dari Makassar, kemarin. Selain Kendari, banjir melanda empat kabupaten lain, yakni Konawe Utara, Kolaka, Konawe, dan Konawe Selatan. Di Konawe Selatan, banjir merusak lima jembatan sehingga arus transportasi antarkecamatan ataupun antardesa terputus. Banjir di Kendari memutus sejumlah akses jalan di kota sehingga mengakibatkan aktivitas transportasi lumpuh. ”Ketinggian air di salah satu jalan akses dari kota menuju bandara mencapai 1,5 meter dan tak bisa dilewati pengendara,” ujarnya. Hujan deras juga mengakibatkan tanah longsor di Kelurahan Benu-Benua, Kecamatan Kendari. Iswandi, siswa kelas III SMP, tewas akibat tertimbun material tanah dan batu. Dedi Kurniawan (35), warga di Kecamatan Poasia, mengatakan, banjir terjadi sejak Selasa pukul 01.00 dan memuncak saat subuh. Rumah Dedi dilanda banjir berketinggian air mencapai 1 meter. Selama 10 tahun tinggal di daerah tersebut, Dedi mengaku baru kali ini rumahnya kebanjiran. Kepala Bagian Humas Pemerintah Kota Kendari Trikora Irianto mengatakan, dari laporan sementara, sekitar 200 rumah hanyut diterjang banjir. ”Kami masih mendata warga yang mengungsi. Namun, jumlahnya diperkirakan hingga ribuan keluarga,” kata Trikora. Banjir kali ini, menurut Trikora, merupakan yang terparah yang pernah melanda Kendari. Banjir merata terjadi di sepuluh kecamatan di kota itu. ”Hujan lebat terus-menerus sejak Minggu (14/7) hingga hari ini belum berhenti, ditambah lagi adanya pasang air laut,” kata Trikora. Pemkot Kendari bersama jajaran TNI dan Polri mendirikan posko-posko darurat di sepuluh kecamatan. Bantuan beras dan mi instan juga mulai disalurkan. ”Hujan masih turun dan dikhawatirkan banjir masih terjadi,” katanya. Di Nusa Tenggara Timur, untuk mengatasi banjir Sungai Benanain yang terjadi setiap tahun di Kabupaten Malaka, segera dibangun cekdam dan embung di hulu Sungai Benanain, selain menanam kembali pohon di kawasan itu. Embung berfungsi mengurangi luapan air sungai dan cekdam meluruskan jalur sungai sehingga air tidak meluber ke tempat lain. Wakil Bupati Belu Ludovikus Taolin di Kupang, NTT, Selasa, mengatakan, banjir Sungai Benanain saat ini sudah mulai surut karena dalam satu pekan terakhir tidak turun hujan di kawasan gunung Mutis dan sekitarnya. (ENG/KOR) Post Date : 17 Juli 2013 |