Warga Pacitan Krisis Air Bersih 

Sumber:Media Indonesia - 23 Oktober 2013
Kategori:Air Minum
RIBUAN warga di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, selama tiga bulan terakhir ini mengalami krisis air bersih, khususnya di Kecamatan Tegalombo.

Untuk mendapatkan air bersih, mereka kini mencari belik (sumber mata air di dasar sungai yang masih mengeluarkan air) yang jaraknya hingga belasan kilometer dengan naik turun bukit yang terjal dan curam.

“Bagi yang masih kuat pergi ke belik, penduduk akan mencari air langsung ke sana. Namun bagi yang tak kuat, warga di sini terpaksa membeli air dari penjual untuk memenuhi air bersih buat masak dan mandi,“ kata Sugito, warga Desa Gemaharjo, Kecamatan Tegalombo, kemarin.

Krisis air bersih di Kecamatan Tegalombo, jelas Sugito, dirasakan sejak menjelang Hari Raya Idul Fitri lalu. “Kami membeli air sudah sejak menjelang Lebaran Idul Fitri lalu hingga sekarang. Sumber air sumur di rumah sudah kering sejak bulan puasa,“ jelasnya.

Harga air dari belik itu semakin hari juga semakin naik. Menurut penjualnya, sumber air belik juga susah didapatkan karena kemarau masih berlangsung. Bulan lalu, harga air masih Rp12 ribu per jeriken isi 50 liter, tapi kini sudah Rp15 ribu per jeriken dengan isi yang sama. Malah beberapa hari ini ada yang menjualnya Rp20 ribu per jeriken.

Di Malang, Jatim, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) 1 mengatur secara ketat pola operasi waduk dan alokasi air kendati sekarang sudah memasuki musim hujan. Pasal nya, ada tren debit beberapa waduk di bawah pola.

“Kondisi waduk di Jatim dan Jateng masih berfungsi untuk melayani irigasi, PLTA, industri, dan air minum, sekalipun ada tren beberapa bendungan di bawah pola,“ ujar juru bicara PJT 1 Tri Hardjono.

Di Kabupaten Bojonegoro, Jatim, sedikitnya 80 hektare (ha) tanaman padi berumur 45 hari setelah tanam (HST) di Desa Mulyoagung, Kecamatan Balen, gagal panen karena kekeringan. Itu menyusul tidak dialirkannya pintu Waduk Pacal karena kekeringan.

Kondisi tersebut membuat petani terpaksa membabat tanaman untuk dibuat pakan ternak. Akibat tanaman padi yang mati, petani mengalami kerugian lebih dari Rp200 juta. (ST/BN/YK/AU/N-1)


Post Date : 23 Oktober 2013