Kementerian Pekerjaan Umum Gelar Lelang Operator Air Minum

Sumber:beritasatu.com - 27 April 2014
Kategori:Air Minum
Kementerian Pekerjaan Umum mengundang investor untuk melaksanakan lelang operator air bersih siap minum di sejumlah wilayah. Pelelangan ini menggunakan skema Kemitraan Pemerintah Swasta (KPS) maupun bisnis (Business to Business). 

Kepala Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan Umum Tamin Zakaria di Jakarta, Minggu, mengatakan BPSPAM sedang melakukan proses lelang sejumlah program KPS air bersih.

Proses lelang itu di antaranya Lampung dan Semarang Barat 1000 liter/detik, Pondok Gede 300 liter/detik, Bali Selatan 1000 liter/ detik, dan Lamongan 200 liter/detik. Untuk proses yang dalam persiapan SPAM adalah Jati Gede 3500 liter/detik dan SPAM Karyan 1000 liter/detik.

Sementara, pengelolaan air bersih berskema B to B, antara lain Semarang Selatan, Karimun, Kabupaten Bogor dan Lombok Utara. "Dari kedua program itu, memang yang paling banyak adalah skema B to B, tapi nilainya kecil tidak sebesar KPS," ujar Tamin.

Direktur Pengembangan Air Minum Ditjen Cipta Karya Kementrian Pekerjaan Umum Dani Suciono menyatakan keberhasilan program KPS pengelolaan air bersih yang dilaksanakan PT Aetra Air Tangerang (Aetra Tangerang) di wilayah Kabupaten Tangerang, Banten, dapat menjadi contoh implementasi KPS sejenis di kota lain. Dani merujuk pada kinerja Aetra Tangerang yang dapat menekan tingkat kebocoran sekitar 4 persen.

"Kinerja Aetra Tangerang memang sangat bagus. Ini juga karena mereka memiliki sistem baru, sehingga kebocorannya sangat kecil," kata Dani.

Menurutnya keberhasilan Aetra Tangerang karena dikelola secara profesional. Berbeda dengan PDAM yang dikelola dengan manajemen yang kurang profesional. Selain itu, peralatan yang dimiliki PDAM usianya sudah cukup lama, banyak penertiban liar yang tidak terdeteksi, sehingga tingkat kebocorannya cukup tinggi, rata-rata mencapai 35 persen.

Dalam kaitan itu, katanya, diperlukan juga peran Pemda, seperti yang dilakukan Pemkab Tangerang dalam mendukung Aetra Tangerang.

"Banyak PDAM di daerah yang tarifnya sangat rendah, bahkan 70 persen tarif lebih rendah dari biaya operasi. Jadi bagaimana bisa bertahan. Untuk itu diperlukan peran Pemda agar tarif dapat disesuaikan setiap dua tahun sekali," katanya.

Peluang bisnis air bersih di Indonesia menurut Dani, sebenarnya sangat prospektif. Namun, hal itu tergantung pada PDAM, apakah bersedia atau siap untuk bermitra dengan swasta.

"Peluang bisnis besar, hanya swasta perlu dijamin dengan pemberlakuan tarif yang sesuai dengan biaya produksi," ujarnya.

Kepala BPPSPAM Tamin Zakaria menyatakan teknologi yang digunakan Aetra Tangerang dapat menjadi contoh pengelolaan KPS air bersih siap minum lainnya. Dengan teknologi baru, Aetra Tangerang dapat memproduksi air bersih yang dapat langsung diminum dengan harga terjangkau dan memiliki kualitas serta kuantitas air selama 24 jam.

"Artinya bila dapat mengalir selama 24 jam, maka pipa terisi air terus, sehingga bisa diterima pelanggan hingga dapat diminum, sebab tujuan air minum adalah untuk melindungi masyarakat," kata Tamin.

Diakui Tamin ada beberapa kendala dalam pengembangan program KPS, seperti proses yang lama karena harus menunggu Visibility Gap Funding (VGF) persetujuan dari Menteri Keuangan. "Ini memang masih baru di Indonesia. Tapi kalau bisa lancar, maka semuanya juga bisa berjalan lancar," katanya.

Presiden Direktur PT Aetra Air Tangerang, Abdulbar M Mansoer, optimistis dapat melayani 52.000 pelanggan pada akhir 2014. Target tersebut menurutnya mencerminkan 73 persen dari total pelanggan yang dapat dilayani, sesuai kapasitas pengolahan air perusahaan.

Instalasi pengolahan air PT Aetra Air Tangerang berkapasitas 900 liter per detik diproyeksikan mampu melayani 70.000 sampai 72.000 pelanggan atau sekitar 360.000 masyarakat di lima kecamatan Kabupaten Tangerang. Yakni Kecamatan Sepatan, Pasar Kemis, Cikupa, Balaraja, dan Jayanti.

"Kami optimistis target dapat tercapai seiring pertumbuhan industri dan perumahan di Kabupaten Tangerang yang membutuhkan pasokan air minum perpipaan," katanya.

Dengan menggunakan jenis pipa ductile cast iron pipe (DCIP) pada pipa utama dan pipa high density polyethylene (HDPE) yang telah berstandar food grade, membuat air yang disalurkan aman untuk dikonsumsi sebagai air minum.

Pipa DCIP dan HDPE masing-masing dirancang mampu bertahan dalam kurun waktu 30 dan 40 tahun. Sehingga setelah masa konsesi dengan Pemkab Tangerang berakhir 25 tahun kemudian, jaringan perpipaan Aetra Tangerang masih aman untuk digunakan.



Post Date : 28 April 2014