|
MOJOKERTO - Penduduk Kabupaten Mojokerto yang terserang diare pada tahun 2007 sebanyak 17 persen. Meskipun demikian, angka kematian akibat diare ini tidak ada. Hal tersebut diungkapkan Kasubdin Pencegahan Penyakit (P2) Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dr Rr Endang Sri Woelan. Berdasarkan data yang dimilikinya, jumlah penduduk yang terserang diare sepanjang tahun 2007 sebanyak 64.549 orang. "Target kita mendeteksi 250 per 1.000 penduduk yang terserang diare. Angka ini kita anggap kejadian yang wajar," kata dr Endang. Dengan jumlah ini, pihaknya berhasil mendeteksi sebanyak 170 per 1.000 penduduk yang terserang diare. Apakah ini berarti lebih baik? Tentu saja. Karena dengan jumlah ini, berarti semakin sedikit penduduk Kabupaten Mojokerto yang terserang diare. Penentuan angka diare 25/1.000 penduduk itu, kata dr Endang, sudah lebih bagus dari yang ditargetkan pemerintah. Sebab, angka kejadian diare yang menurut pemerintah dianggap wajar sebanyak 300/1.000 penduduk. Artinya, dari 1.000 penduduk, apabila terdapat 300 penderita diare, hal tersebut belum termasuk kejadian luar biasa (KLB). "Sedangkan untuk Kabupaten Mojokerto, kita akan menyatakan KLB diare apabila 250/1.000 penduduknya terkena diare," jelas dr Endang. Diakui dr Endang, angka yang didapatkan Dinkes itu bukan berarti semua kejadian diare yang dialami penduduk di Kabupaten Mojokerto terdata. Masyarakat kerap menganggap, diare itu hal yang biasa. Sehingga, mereka tidak perlu datang ke tempat pelayanan kesehatan. Sehingga, tidak terdata di Dinkes. "Angka yang diperoleh Dinkes ini pada dasarnya jauh lebih tinggi dibandingkan kejadian yang sebenarnya ada pada masyarakat. Namun, tidak terlapor saja," ungkap dr Endang. Meskipun demikian, KLB diare bisa saja terjadi hanya untuk lingkup satu desa. Ini pernah terjadi pada tahun 2004 lalu, yakni di Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, yang pernah keracunan ketupat usai Lebaran. "Saat itu di desa tersebut kita nyatakan KLB diare," kata dr Endang lagi. Meskipun angkanya tergolong kecil, ujar dr Endang, namun masyarakat perlu tetap meningkatkan kewaspadaan. Sebab, diare pada dasarnya sangat mudah dicegah. Yaitu dengan melakukan perilaku hidup sehat dan bersih. Antara lain dengan mencuci tangan sebelum makan, membuang kotoran hanya di jamban, serta menjauhkan jamban dari sumber air bersih. "Selama masyarakat berperilaku hidup bersih, maka kejadian diare dapat dihindari," saran dr Endang. (in/nk)
Post Date : 01 Maret 2008 |