Jakarta, Kompas - Musim hujan datang, banjir menjelang. Kondisi seperti inilah yang terus-menerus terjadi di Jakarta. Di Jakarta Selatan, misalnya, sesuai dengan data kawasan rawan banjir 2009-2010, masih terdapat 17 kelurahan di enam kecamatan yang berpotensi tergenang banjir.
Data kawasan rawan banjir ini belum berubah dibandingkan dengan periode sebelumnya, seperti dicatat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Kepolisian Daerah Metro Jaya. Ke-17 kelurahan rawan genangan itu terdapat di Kecamatan Tebet, Mampang Prapatan, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Pasar Minggu, dan Pancoran.
BMKG telah mengeluarkan prakiraan bahwa pada November ini di beberapa lokasi di enam kecamatan itu akan berpotensi diterjang banjir tingkat rendah, yaitu dengan tinggi genangan kurang dari 50 sentimeter. Namun, Desember nanti, genangan dapat meningkat hingga setinggi satu meter. Pada Januari 2010, prakiraan banjir di lokasi rawan banjir di Jakarta Selatan bisa mencapai lebih dari satu meter.
Menghadapi ancaman itu, masyarakat di lokasi rawan banjir menyadari situasi yang akan mereka hadapi.
”Barang-barang sudah dipindahkan ke lantai dua atau lantai tiga rumah kami. Banjir bisa sewaktu-waktu datang, apalagi kalau dapat kiriman dari Bogor. Wasalam, deh,” kata Narudin, warga RW 01, Kelurahan Bukit Duri, yang terletak di tepi Sungai Ciliwung, Selasa (17/11).
Tak cuma banjir di lokasi rutin yang harus diwaspadai di Jakarta Selatan. Genangan yang kerap muncul di jalan-jalan protokol akibat buruknya kondisi drainase sering menjebak warga dan menciptakan kekacauan lalu lintas. Sebut saja sepanjang Jalan Ciledug Raya di perbatasan dengan Kota Tangerang hingga Pasar Kebayoran Lama, kemudian di sepanjang arteri Pondok Indah, Permata Hijau, Lebak Bulus, sampai ke Jalan TB Simatupang. Kawasan Kuningan dan Semanggi yang merupakan kawasan bisnis bergengsi pun tak luput dari genangan.
Berpacu
Wali Kota Jakarta Selatan Syahrul Effendi menyatakan, salah urus sungai, pengelolaan sampah yang buruk, kurangnya perawatan drainase di tingkat perumahan, di tepi jalan, hingga saluran utama yang telah berlangsung puluhan tahun dapat dituding sebagai penyebab banjir.
”DKI dan pemerintah kota sekarang sedang berpacu memperbaiki saluran dan mengeruk sungai demi mengurangi potensi bencana,” kata Syahrul.
Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat Agus Priyono menambahkan, pengerukan sungai masih terus dilakukan kendati musim hujan telah dimulai. Sungai yang masih dikeruk di antaranya adalah Kali Krukut di Petojo Utara, Jakarta Pusat.
”Pembersihan sungai di Petojo Utara diperkirakan rampung satu sampai dua pekan mendatang. Pengerukan sungai di daerah ini ditujukan agar kawasan Medan Merdeka Barat tidak tergenang air,” tutur Agus.
Khusus pembersihan saluran air, kata Agus, selalu dikerjakan menjelang hujan turun serta saat musim hujan. (nel/art)
Post Date : 18 November 2009
|