BOJONEGORO (SI) – Kekeringan di wilayah Kabupaten Bojonegoro terus meluas.Saat ini, sebanyak 17 kecamatan dari total 27 kecamatan mengalami krisis air bersih.
Pasalnya, sumur warga sudah mulai kering dan puluhan embung di 60 desa juga mengering.Akibat kekeringan itu, ribuan keluarga di 17 kecamatan itu terpaksa mengantungkan kiriman air bersih melalui mobil tangki yang disediakan Pemkab Bojonegoro.
Sedang untuk keperluan mandi dan mencuci sebagian warga yang berada di pinggir sungai,memanfaatkan air sungai Bengawan Solo yang juga mulai mengering. Dari data di Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial (Disnakertransos), sebanyak 17 kecamatan yang mengalami krisis air bersih di antaranya,Kecamatan Sugiwaras, Purwosari, Tambakrejo, Ngraho, Trucuk, Dander, dan Ngasem.
Selain itu juga Kecamatan Ngambon, Kedungadem, Malo, Temayang, Kedewan, Kapas,Kepohbaru, Sukosewu, Bubulan, dan Sumberrejo. Menurut Karji,43,warga Desa Banjarsari, Kecamatan Trucuk, krisis air bersih sudah dirasakan warga sejak tiga bulan terakhir.Karena, sudah lama sumur-sumur warga tidak lagi mengeluarkan sumber air. Akibatnya,warga banyak yang pindah ke sungai Bengawan Solo saat butuh air.
”Kalau untuk mandi dan mencuci kita ke Bengawan Solo,”terangnya. Kondisi seperti ini diperparah dengan belum adanya aliran PDAM di sejumlah rumah warga. Sedang, rumah yang teraliri air PDAM juga sering macet. Akibatnya, untuk keperluan memasak, warga membeli air isi ulang,dan sebagian lagi memilih antre di sumur warga yang masih keluar airnya.
”Air PDAM di rumah saya macet,” terang Risma,warga Dukuh Kalisari, Desa Banjarsari. Saat ini, warga berharap ada bantuan air bersih dari pemkab setempat. Saat ini memang sudah ada kiriman dari pemkab, yakni dua hari sekali sebanyak satu tangki berukuran 4.000 liter.Tapi,itu dirasa masih kurang, karena kebutuhan masyarakat lebih besar.
”Bantuan itu khusus untuk dapur.Sedang untuk mandi tetap ke Bengawan,” terangnya. Sementara, di wilayah Kecamatan Kepohbaru, beberapa embung (waduk kecil) sudah mengering. Sebelumnya, embung masih menyisakan air. Tapi, dimanfaatkan warga untuk mengairi tanaman tembakau.Apalagi,dalam beberapa bulan terakhir hampir tak pernah turun hujan.
”Kami terpaksa mencari air di desa tetangga,”kata Ahmad,warga Desa Betet. Dikonfirmasi terpisah, Kabid Rehabilitasi Sosial,dan Peningkatan Kesra Disnakertransos Mulyanto mengakui, saat ini sudah 17 kecamatan dengan 60 desa yang mengalami krisis air bersih. Saat ini,warga di 17 kecamatan sudah mengajukan permintaan air bersih. Pihaknya juga sudah menurunkan kendaraan tanki untuk membantu warga.
”Memang sekarang meluas,Karena sebelumnya hanya 11 kecamatan,” tegasnya. Dia menjelaskan, tiga unit armada mobil tangki berkapasitas 4000 liter sudah dioperasikan. Bahkan, tercatat kendaraan sudah mengirim air bersih sejak 3 Agustus lalu.Setiap kendaraan,mampu melakukan pengiriman air 1-2 tanki sehari.”Kami ambil air ke PDAM,” terang Mulyanto. (nanang fahrudin)
Post Date : 31 Agustus 2009
|