PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta (Aetra)
merupakan dua operator yang memberikan pelayanan air bersih bagi seluruh warga
di DKI Jakarta. Tapi, kedua operator ini tidak dapat menyentuh warga kelas
bawah terutama masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Menurut Direktur Teknik PT PAM Jaya Henry Marolop
Limbong, pada 2013 permasalahan air bersih di DKI Jakarta masih dihadapkan pada
tingginya kebocoran air bersih atau Non Revenue Water (NRW) dari dua operator,
Palyja dan Aetra.
Berdasarkan data yang dimilikinya, tingkat
kebocorannya mencapai 41,8 persen. Di mana target PT PAM Jaya NRW, kebocoran
hanya dapat dibiarkan sampai 38 persen. Tingginya tingkat kebocoran diduga
akibat tindakan pencurian air oleh pihak tertentu dan kebocoran pipa-pipa di
banyak lokasi.
"Jika produksi air bersih tinggi dan NRW
tinggi, maka tidak bermanfaat banyak bagi masyarakat," kata Henry saat
dihubungi, Kamis (2/1).
Selama tahun 2013 ada beberapa target ditentukan
oleh PT PAM Jaya tidak tercapai, antara lain sambungan baru sebanyak 14.159
dari target 18.951. Adapun cakupan pelayanan baru mencapai 59 persen dari total
warga DKI, padahal targetnya 66,7 persen. Begitu juga dengan tekanan air baru
45 persen dari targetnya 100 persen.
Masih banyaknya target yang tidak dapat terpenuhi,
maka ini berakibat dengan adanya keluhan pelanggan ke operator maupun PT PAM
Jaya. Tercatat sepanjang tahun 2013 ada 53.114 keluhan. Keluhan tersebut
didominasi tentang air mati sebanyak 39.294 laporan, air kecil 2.174 keluhan,
pipa bocor 2.776 keluhan, keluhan meter air sebanyak 1.555, keluhan kualitas
air sebanyak 1.906 dan keluhan rekening sebanyak 5.384 keluhan.
Post Date : 02 Januari 2014
|