|
SUKOHARJO - Kekeringan ternyata juga melanda Sukoharjo. Tercatat 17 dusun di Kecamatan Weru, Tawangsari dan Bulu mengalami kesulitan air bersih. Mayoritas sumber air bersih milik warga mulai mengering. Ini diperparah dengan rusaknya sejumlah mesin penyedot air yang disedikan pemerintah di wilayah ini. Alhasil kini warga hanya bisa mengharap pasokan air mereka dari bantuan yang datang dua hari sekali. "Sebenarnya bantuan air bersih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan air bersih kami sehari-hari. Tapi lumayan, daripada tidak ada sama sekali. Untuk mencukupi kekurangan air, biasanya warga di sini mencari air di sumur Kakasan," ujar Dalino, 48, warga Dukuh Kalisonggo RT 2/8, Desa Karangmojo, Kecamatan Weru. Berdasakan data PDAM Wonogiri 17 dukuh yang mengalami krisis air bersih untuk Kecamatan Weru meliputi Dukuh Kalisonggo, Putuk, Ngadiwarno, Ngadirejo, Karangmojo, Ngadisono, Sinok, Rejosari, dan Bulurejo Desa Karangmojo, Plumbon (Aalasombo), Babalan (Tawang) dan Candi (Ngreco). Sedangkan di Kecamatan Tawangsari meliputi Watubonang, Watu Lumbung, Tengklik, Ngadirejo, Putuk dan Banaran (Watubonang), Lorog dan Purworejo (Lorog). Untuk kecamatan Bulu di Dukuh Sumber Agung, Ngesong dan Kepuh (Kunden) serta Ngesong, Jatirejo, Kamal dan Tugu Desa Kamal. Bupati Sukoharjo Bambang Riyanto di sela-sela memberi bantuan air bersih mengatakan, dropping air ke masyarakat memang hanya bersifatnya sementara dan tidak bisa memecahkan masalah kekeringan yang rutin terjadi di Weru tiap tahunnya. Pemkab berencana membangun sejumlah sumur artetis, sebagai solusi untuk memecahkan masalah kekeringan di wilayah Sukoharjo Selatan. "Dengan adanya sumur artetis di daerah bisa menekan jumlah wilayah yang mengalami kekeringan. Tahun lalu, setiap musim kemarau jumlah desa yang menderita krisis air bersih tercatat sebanyak 12. Namun, saat ini jumlahnya hanya tujuh desa," papar Bambang. Diharapkan pada 2008 jumlah desa krisis air bersih akan terus berkurang dengan dibangunnya sumur artetis. Tahun ini direncanakan dibangun lagi 15 buah sumur artetis di daerah rawan dengan anggaran Rp 3,3 miliar. "Adanya program ini diharapkan tahun depan sudah tidak ada lagi desa rawan air bersih. Kalaupun ada, kemungkinan hanya di daerah yang memang tidak ada sumber airnya. Terutama daerah pegunungan," ujar bupati. (vj) Post Date : 03 September 2007 |