|
PALANGKARAYA (Media): Sebanyak 17 desa di Kecamatan Kapuas Murung, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah (Kalteng), masih terendam banjir dengan ketinggian air maksimal mencapai 2,5 meter. Banjir yang disebabkan luapan Sungai Barito sebelumnya merendam 21 desa. Namun, banjir yang terjadi sejak 17 April itu mulai surut dan hanya menggenangi 17 desa. Desa-desa itu di antaranya Tambak Bajai, Palangkau Lama, Palangkau Baru, Belawan, Sei Pasah 1, Sei Pasah 2, Sei Pasah 3 hingga Sei Pasah 8. Banjir di 17 desa itu telah menghancurkan 300 hektare padi siap panen. Berdasarkan pantauan Media, kemarin, puluhan keluarga di Desa Tambak Bajai dan Desa Balawang terpaksa mengungsi ke desa tetangga seperti Desa Palangkau Panjang, karena ketinggian air mencapai lebih dari dua meter. Sedangkan warga di desa lainnya masih bertahan di rumah masing-masing dengan membuat rumah panggung yang tingginya mencapai tiga meter dari permukaan tanah. Menurut Sutrisno, 54, warga Desa Tambak Bajai, puluhan keluarga di desanya terpaksa mengungsi ke daerah yang lebih tinggi, karena ketinggian air masih tinggi. "Kemungkinan air akan bertambah tinggi apabila di hulu sana (Kabupaten Barito Utara) curah hujan tetap tinggi sehingga luapan air sungai sampai ke desa kami," ujarnya. Kondisi ini, lanjutnya, sudah berlangsung selama seminggu. Karena itu, pihaknya meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kapuas untuk mengirimkan bantuan berupa obat-obatan dan makanan. "Kami butuh bantuan, karena padi kami yang siap panen sudah rusak akibat diterjang banjir," pintanya. Selain itu, ia juga meminta Pemkab Kapuas untuk memberikan terpal. Pasalnya, jumlah terpal yang ada terbatas sehingga bila hujan turun mereka harus berhimpit-himpitan. Anggota DPRD Kalteng Syahrani Umran mengatakan, pihaknya berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng cepat tanggap dengan memberikan bantuan. Pasalnya, bantuan dari Pemkab Kapuas sebanyak 15 ton beras tidak mencukupi. "Mereka masih butuh 40 ton beras lagi untuk memenuhi kebutuhan 19.800 keluarga," ujarnya. Dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, banjir yang melanda sejumlah kabupaten di provinsi ini terus meluas hingga mencapai wilayah Kabupaten Tapin. Banjir di Kabupaten Tapin disebabkan meluapnya Sungai Margasari yang merupakan terusan dari Sungai Negara, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Sedikitnya ribuan rumah warga yang ada di sembilan desa di dua Kecamatan Candi Laras Utara dan Candi Laras Selatan, terendam banjir hingga kedalaman lebih dari 50 sentimeter sejak dua pekan terakhir. Bupati Tapin Idis Nurdin Halidi mengatakan akibat banjir yang melanda wilayahnya sedikitnya ratusan hektare lahan pertanian warga menjadi rusak dan sebagian padi yang sudah hampir panen terancam puso. Pemkab setempat telah memberikan bantuan berupa uang Rp5 Juta per desa ditambah bantuan bahan makanan dan obat-obatan. Namun, mereka berharap Pemprov Kalsel dapat memberikan bantuan tanggap darurat kepada warga korban banjir di Tapin. Berkaitan dengan bencana banjir, Komisi II DPR menilai bencana itu terjadi akibat buruknya pola kebijakan pemprov dalam mengelola sumber daya alam, sehingga terjadi kerusakan lingkungan. Karena, Ketua Tim Komisi II Ida Fauzia meminta Pemprov Kalsel membuat kebijakan penataan pemanfaatan kekayaan alam. Hal itu dikatakannya saat Komisi II DPR melakukan kunjungan kerja ke Banjarmasin, kemarin. (SS/DY/N-2). Post Date : 26 April 2005 |