|
KETIKA melintas di kawasan Prapatan Dalam, Kecamatan Balikpapan Kota, jangan kaget bila menemukan tempat sampah besar dan gerobak yang berjejer. Lokasi ini merupakan tempat pengelolaan sampah rumah tangga yang dipelopori Yayasan Peduli Balikpapan.
Ketua Yayasan Peduli Balikpapan Anthos Padmawijaya menuturkan, sebelum sampai di tempat pengelolaan yang akrab disebut Rumah Kompos tersebut, sampah-sampah itu merupakan hasil sampah yang telah dipilah di masing-masing rumah warga sekitar. Di rumah kompos, dari 100 kilogram sampah yang diolah akan menghasilkan sekitar 50 kilogram pupuk kompos. Harga pupuk kompos yang dihasilkan ketika dijual terbilang lumayan, yakni Rp 2.000/kilogram untuk harga curah dan pupuk yang dibungkus di kisaran harga Rp 7.500/kilogram. “Selain mengumpulkan sampah dari rumah tangga, rumah kompos juga membeli sampah cacahan 1 kilogramnya Rp 10.000. Selain itu, “mengimpor” sampah dari pulau Jawa juga karena di sana sampah sudah dicacah dan harganya murah,” katanya. Anthos menceritakan, proses membangun rumah kompos ini tidaklah mudah. Tantangannya adalah bukan bagaimana membuat kompos tersebut, akan tetapi mengajak masyarakat untuk memilah sampah organik di rumah masing-masing dan membawanya ke tempat tersebut. “Awalnya sampah rumah tangga ini diperoleh dari RT 01 Telagasari dan RT 36 Prapatan. Sekarang sampah dapat diperoleh dari RT 34, 35, 36 Kelurahan Prapatan dan RT 2, 3, 4, 44 Kelurahan Telagasari. Jadi banyak masyarakat yang sadar bahwa sampah bernilai ekonomis,” terangnya. Ia menjelaskan bahwa sampah yang dibawa masyarakat ke rumah kompos dihargai Rp 1.000 per kilogram. Terkadang, mereka tidak mau dibayar karena ingin ditukar dengan pupuk kompos sehingga dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman yang ada di pekarangan rumah masing-masing. Selain memproduksi kompos,Yayasan Peduli juga mengajak partisipasi masyarakat khususnya ibu-ibu untuk membuat kerajinan daur ulang seperti tas, boneka, dan baju boneka. Tentunya dari penjualan barang-barang tersebut dapat menjadi penghasilan tambahan tersendiri. “Yayasan Peduli di sini berperan dalam tahapan penyadaran, membangun wawasan dan memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa sampah harus bisa menghasilkan dari sisi ekonomi,” terangnya. Kemudian, di tempat ini juga memproduksi tas kertas yang merupakan kerja sama dengan Rumah Kreatif Balikpapan. “Tas kertas tersebut juga berbahan kertas bekas yang didaur ulang. Hasilnya kertas yang dihasilkan memberi kesan lebih eksklusif,” ujar Anthos.
Dalam upaya mengelola sampah agar bernilai ekonomis tersebut, Yayasan Peduli juga kerap mendapatkan bantuan sarana dan prasarana dari Pemkot Balikpapan, PT Pertamina Refinery Unit V, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), dan Chevron Indonesia. Post Date : 13 Mei 2013 |