16 Warga Parigi Meninggal dalam Dua Bulan

Sumber:Kompas - 30 November 2010
Kategori:Sanitasi

Palu, Kompas - Dinas Kesehatan Parigi Moutong menetapkan status kejadian luar biasa terkait diare yang menyerang sejumlah dusun di Desa Lombok, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, sekitar 200 kilometer di utara Kota Palu.

Sepanjang bulan Oktober-November, tercatat 16 warga tewas. Kasus ini terlambat diketahui dan tidak mendapat penanganan maksimal dari tenaga medis karena lokasinya terpencil.

Kepala Puskesmas Tinombo drg Made Priyadi yang dihubungi, Senin (29/11) di Tinombo, mengatakan, lokasi wilayah itu sulit dijangkau kendaraan, bahkan roda dua. Desa Lombok dan beberapa desa lain berada di pegunungan di Kecamatan Tinombo dan wilayah Pantai Timur, Sulteng.

Menurut Priyadi, awal Oktober pihaknya telah mendengar kasus diare yang merenggut empat nyawa di satu dusun. Saat itu tenaga medis dikerahkan ke lokasi. Karena perbekalan menipis, petugas bergeser ke kecamatan. Setelah mereda seminggu, penyakit itu merebak lagi.

”Saat petugas hendak kembali ke lokasi, hujan turun terus-menerus. Tidak ada warga ataupun tukang ojek yang berani mengantar kami ke lokasi sehingga penyakit kian meluas,” katanya.

Korban tewas yaitu tujuh warga Dusun Nanaan, enam warga Dusun Patingke, dua warga Dusun Bobontolan, dan satu warga Dusun Ogoalas.

Beberapa bulan lalu Kompas berkunjung ke Dusun Taipa Obal, dusun terdekat dari lokasi. Kendaraan roda empat hanya sampai di Desa Lombok. Selanjutnya perjalanan sepanjang 30 km harus menggunakan ojek melewati jalan setapak di punggung gunung dengan jurang di sisi jalan. Bila hujan turun, kendaraan tak bisa lewat karena sering longsor di sejumlah titik. Tidak ada jaringan komunikasi di wilayah itu.

Menurut Priyadi, letak antara satu dusun dan lainnya jauh. Rumah-rumah penduduk juga menyebar sehingga petugas kesulitan menjangkau semua lokasi. Suku Lauje, yang mendiami pegunungan di Tinombo, punya kepercayaan untuk meninggalkan lokasi bila ada kerabat yang meninggal. Hal ini diduga mempercepat meluasnya penyakit.

Kurangnya air bersih dan sanitasi buruk diduga sebagai pemicu diare. ”Kami sudah mengambil contoh air di beberapa dusun untuk diteliti. Untuk penanganan darurat, kami menempatkan kader di beberapa dusun, melatih aparat dusun untuk memberi pertolongan bila petugas kesehatan tidak di lokasi. Mereka kami beri oralit dan obat-obatan lain. Kami juga memberi penyuluhan kebersihan,” katanya. (REN)



Post Date : 30 November 2010