|
Keterbatasan fisik bukan halangan seseorang untuk berhenti berkarya demi
mencari nafkah bahkan ikut mengampanyekan pentingnya menjaga
lingkungan. Sukarno, seorang penyandang disabilitas atau penyandang
cacat di Solo, Jawa Tengah, mampu mendaur ulang sampah plastik menjadi
hasil karya kerajinan bernilai tinggi. Sukarno, pria asal Purwodadi yang sekarang menetap di Solo ini tidak mau hanya berpangku tangan dan mengharap belas kasihan orang karena keterbatasan kondisi fisiknya. Meskipun kedua kakinya tidak sempurna, ayah satu anak ini mampu berjuang untuk menafkahi keluarganya dengan membuat hasil kerajinan tangan sebagai mata pencahariannya. Sudah ratusan kerajinan tangan yang dibuat Sukarno, antara lain tempat tisu, tempat pensil, tempat snack, dan pigura. Banyak di antara hasil karyanya yang telah terjual. Sebagian lagi masih tertata rapi di tempat tinggalnya, Rusunawa Jurug, Solo. Sukarno memanfaatkan sampah yang kemudian didaur ulang dan dijadikan berbagai barang. Setahun terakhir, ia memanfaatkan sampah yang tidak bisa diurai tanah sebagai bahan dasar. Selain karena motif dan kualitasnya bagus, Sukarno juga ingin menjaga lingkungan dengan memanfaatkan sampah plastik yang tidak bisa diurai tanah ini. Sampah-sampah plastik yang dipakai antara lain bekas bungkus makanan dan minuman instan, penyedap rasa, dan lainnya. Selain itu, Sukarno juga memanfaatkan koran bekas sebagai bahan dasar dan sampah plastik sebagai pelapisnya. Biasanya ia memilih motif yang sama untuk satu produk kerajinannya. Selain membeli dari warung, Sukarno pun tidak segan mencari sampah sendiri untuk bahan kerajinannya. Sampah plastik yang terkumpul kemudian dicuci dan dipilah sesuai dengan warna dan motifnya. Sedangkan koran bekas ia gulung menjadi batang kecil, selanjutnya gulungan koran ini dilapisi dengan sampah plastik tadi. Dan, dengan bantuan lem, bahan-bahan ini siap untuk dibentuk sesuai keinginan termasuk membuat tas jinjing. Hasil kerajinan Sukarno ini telah banyak dibeli warga sekitar. Bahkan, jika ia mengikuti pemeran di kota lain, selalu ada yang memesan baik bentuk atau motif tertentu. Harganya cukup bervariasi, antara Rp10 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Sukarno berharap, jerih payahnya selama empat tahun terakhir ini bisa memotivasi penyandang cacat lainnya untuk terus berkarya. Post Date : 14 Mei 2014 |