|
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Wonogiri mengimbau warga untuk senantiasa menjaga kebersihan jaringan air minum di lingkungan mereka. Hal itu untuk mengantisipasi kembalinya wabah diare, seperti yang menjangkiti ratusan warga Desa/Kecamatan Puhpelem, belakangan ini. Kepala Dinkes Kabupaten Wonogiri, Widodo mengatakan, jaringan pipa air minum harus selalu dibersihkan. Hal itu dilakukan terutama di mata air dan bak-bak penampungnya. Pada umumnya, warga di pegunungan dan perbukitan memanfaatkan sumber air kemudian mengalirkannya ke permukiman melalui jaringan pipa-pipa. "Masyarakat harus tetap menjaga kebersihan lingkungan. Terutama sumber air, bak penampung, dan jaringan air minum agar tidak terkontaminasi bakteri maupun zat kimia yang membahayakan kesehatan," katanya, Minggu (19/5). Sementara itu, penyebab terjadinya diare massal di Desa/Kecamatan Puhpelem belum bisa dipastikan. Dinkes masih meneliti sampel-sampel yang diambil. "Sampelnya masih diteliti di laboratorium. Perlu waktu untuk memastikan apakah sampel tersebut tercemar bakteri atau bahan kimia lainnya," imbuhnya. Sebelumnya, tim dari Dinkes Wonogiri telah meneliti sumber air yang digunakan warga setempat, beberapa hari lalu. Mereka mengambil sampel untuk diteliti di laboratorium UGM Yogyakarta. Sementara itu, jumlah penderita diare yang terdata telah mencapai 118 orang. Mereka tidak hanya warga Desa Puhpelem. Namun, sebelas di antaranya merupakan warga Desa Pohijo, Sampung, Kebupaten Ponorogo yang bertetangga dengan Puhpelem. Sebanyak 30 orang di antaranya telah berobat ke Puskesmas, 64 berobat ke dokter praktik, dan 24 anak merupakan murid SDN 1 Puhpelem. Perlu diketahui, penelitian yang dilakukan tahun lalu menyatakan bahwa sumber air Nguneng mengandung bakteri Escherichia Coli (E Coli) hingga 2.000 ppm. Seharusnya, bakteri akan mati dan tidak menyebabkan diare jika dimasak pada suhu 100 derajat Celcius selama lima menit. Seperti diketahui, 70 warga dua dusun di Desa/Kecamatan Puhpelem, Wonogiri terjangkit diare, pekan lalu. Merebaknya penyakit tersebut diduga karena sumber air Nguneng di atas desa itu terkontaminasi bakteri Escherichia Coli (E Coli) Post Date : 20 Mei 2013 |