PATI-Sedikitnya 16 desa di lima kecamatan terendam banjir akibat luapan Sungai Juwana, Pati Kamis (13/1). Sungai yang membelah wilayah Kabupaten Pati itu limpas setelah tiga hari terakhir ini intensitas hujan cukup tinggi.
Ketinggian air di perkampungan mencapai 1-1,5 meter. Adapun di lahan sawah, genangan air mencapai dua meter. Banjir yang melanda sejumlah wilayah di sepanjang alur sungai tersebut terjadi tidak bersamaan. Sebagian desa yang datarannya rendah sehari sebelumnya telah terendam.
Pantauan Suara Merdeka, kawasan yang tergenang adalah Desa Tondomulyo, Sidoarum, Karangrowo, Ngastorejo, Kedungmulyo (Kecamatan Jakenan). Sedangkan di Kecamatan Gabus tersebar di Desa Mintobasuki, Banjarsari, Tanjang, Kosekan, Babalan, Pantirejo, dan Wuwur.
Genangan banjir juga ditemui di Desa Mustokoharjo (Pati), Pasuruhan, Srikaton (Kayen), dan Kasiyan (Sukolilo). Sebagian besar rumah di 16 desa yang tergenang belum kemasukan air. Rumah yang terendam hanya ditemui di Desa Mintobasuki, Banjarsari, dan Kasiyan. Kendati demikian, belum ada warga yang mengungsi dan memilih tetap bertahan di rumah yang telah kemasukan air setinggi antara 20-50 cm.
Kadus Bitheng, Desa Banjarsari Marzuki mengemukakan, banjir yang merendam daerahnya telah berlangsung dua hari. Itu lantaran Sungai Juwana yang persis berada di sebelah utara kampung meluap. "Hari ini (kemarin-Red) airnya semakin naik. Jalan kampung sudah tidak bisa lagi dilalui kendaraan dan banyak rumah yang kemasukan air," ujarnya.
Setiap musim hujan, kata dia, Bitheng selalu menjadi langganan banjir. Itu lantaran Sungai Juwana yang dangkal tidak pernah dikeruk sehingga tidak kuat lagi menampung air yang melimpah.Selain curah hujan yang tinggi, meluapnya sungai juga lantaran kiriman air dari kawasan hulu (Bendung Wilalung, Kudus). Sejauh ini, sungai terbesar di Pati itu mudah limpas akibat beban air yang mengalir dari Pegunungan Kendeng Utara dan Gunung Muria cukup besar.
Sebagian besar warga di daerah genangan menggunakan alat transportasi berupa jukung (perahu kecil) untuk beraktivitas. Motor yang terjebak di dalam rumah juga mulai diungsikan ke luar kampung dengan menggunakan jukung.
Alasan warga tidak mengungsi, selain khawatir akan keamanan harta dan bendanya, juga karena hewan ternak berupa sapi dan kambing. Mayoritas warga di tepi Sungai Juwana selain bertani juga beternak. Warga Bitheng Tasmi (49) mengaku, terganggu dengan bencana yang rutin terjadi setiap tahun. Selain repot karena harus keluar masuk desa dengan jukung untuk melakoni rutinitas, beban hidup mereka juga lebih tinggi. Selain untuk memperbaiki rumah yang rusak terendam air, harga kebutuhan pokok pun meningkat.
Kades Kasiyan Rumaji mengatakan, sebagian wilayah desanya, yakni di Dukuh Penggingwangi dan Kasiyan Tempel terendam banjir sejak Rabu (12/1). Sebagian warga telah mengungsi ke Balai Pengungsian yang terletak tidak jauh permukiman mereka.
Kepala Kantor Kesbangpolinmas Pati Sigit Hartoko SH menyatakan, pihaknya telah menerjunkan tim untuk memantau banjir di sejumlah desa tepi Sungai Juwana. Apabila genangan air tidak surut dalam waktu dekat, sejumlah posko akan didirikan dengan didukung personel tim SAR untuk membantu warga, baik dalam evakuasi korban maupun distribusi bantuan.(H49-42)
Post Date : 14 Januari 2011
|