16 Desa di Gresik Terendam

Sumber:Suara Pembaruan - 11 Maret 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

[GRESIK] Banjir akibat luapan Kali Lamong kembali merendam 16 desa di Kecamatan Benjeng dan Balongpanggang, Kabupaten Gresik, Jawa Timur (Jatim). Sampai Selasa (11/3) pagi, ketinggian air di seluruh desa mencapai 50-70 sentimeter, bahkan warga sibuk menguras air yang masuk rumah.

Dua pekan lalu wilayah kecamatan ini juga terendam. Setelah air surut, kembali terendam, akibat luapan Kali Lamong anak Bengawan Solo. Di Desa Sekarputih terdapat 1 hektare (ha) tanaman padi siap panen, 3 ha tanaman jagung, dan 10 ha tebu terendam air.

"Ini baru satu desa, padahal yang terendam sebanyak 16 desa," kata Sekretaris Desa Sekarputih, Malik Udiono, kepada SP, di Gresik, Selasa pagi.

Dalam waktu tiga bulan terakhir, Kali Lamong meluap tiga kali. Setiap meluap merendam desa-desa di wilayah Kecamatan Benjeng. Warga yang desa dan rumahnya terendam masih trauma atas luapan yang terjadi sebelumnya.

Dalam kondisi begini para petani sawah dan tambak tidak bisa bekerja, bahkan kegiatan belajar-mengajar juga terhenti.

Warga berharap bantuan pangan dan obat-obatan, karena mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun air surut dalam seminggu ke depan, warga masih harus membersihkan rumahnya yang terendam. Dengan demikian, mereka tidak dapat mencari nafkah.

Sekretaris Kabupaten Gresik, Husnul Khuluk mengatakan, pihaknya sudah mengirimkan bantuan pangan dan karung. Karung setelah diisi pasir digunakan untuk menahan luapan kali tersebut.

Guna mengurangi terjadinya banjir susulan mendatang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik, tidak bisa berbuat banyak. Pengelolaan Kali Lamong merupakan wewenang Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) dan Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo.

Enam desa yang terendam di Kecamatan Benjeng meliputi Desa Kedungrukem, Klampok, Simoboyo, Munggianti, Batangkulon, Sedapur Klagen, Delik Sumber, Ngemplak, dan Bulangmojo.

Di Kecamatan Balongpanggang meliputi Desa Ngampel, Wotansari, Banjar Agung, Kalipang, Sugiwaras, Dapet, dan Sekarputih.

Sementara itu, banjir akibat luapan Sungai Widas yang merendam Desa Sumberejo, Mojoseto, dan Nglinggo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Nganjuk, kembali terjadi, Senin (10/3).

Jika sebelumnya genangan banjir hanya di persawahan dan permukiman penduduk tiga desa, pada banjir kali ini merambah sebagian sawah dan permukiman warga Desa Ngrami, Kecamatan Sukomoro.

Budi Sucahyono, Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Pemkab Nganjuk mengungkapkan, Desa Sumberejo itu sudah sejak lama menjadi daerah langganan banjir yang sudah beberapa kali ditangani, namun tidak kunjung berhasil. Kini, warga, utamanya anak-anak yang mulai terserang penyakit gatal-gatal dan diare serta gangguan saluran pernapasan atas.

 

Terganggu Selain untuk yang kesekian kalinya banjir tersebut merendam ribuan rumah warga empat desa, jembat-an Mojoseto-Karasemi ambruk, juga menjadikan kegiatan belajar di SD Negeri Sumberejo-I terganggu.

 

Beberapa guru mengaku hanya datang untuk memberitahukan murid-muridnya agar keesokan harinya kembali lagi dengan memba- wa peralatan kerja bakti massal.

Sementara itu, dari Situbondo dilaporkan, bahwa kendati banjir bandang yang melanda Situbondo sudah berselang satu bulan lalu, namun agaknya warga masih banyak yang trauma dengan terjadinya banjir susulan.

Karenanya warga yang menghuni di sepanjang alur daerah aliran sungai (DAS) Sampean Baru, mulai kini secara mandiri bergiliran memantau kondisi volume air sungai jika kawasan hulu masuk wilayah Kabupaten Bondowoso turun hujan lebat.

"Saya lihat warga DAS Sampean Baru sejak beberapa hari terakhir mulai giat menggalakkan ronda malam secara bergiliran. Ini salah satu dampak positif dari banjir bandang baru lalu, selain mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk memperlakukan Sungai Sampean dengan baik," kata Sayonara, pimpinan Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Peduli Aspirasi Rakyat Situbondo. [080/070]



Post Date : 11 Maret 2008