Alumni Elektro Undip Olah Satu Kg Sampah Jadi 0,7 Liter Solar

Sumber:Suara Merdeka - 17 Juni 2013
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Langkanya sumber energi alam (minyak dan gas) membuat Firdaus Noer yang merupakan alumnus Teknik Elektro Undip 2001 sebagai inspirator dan Mun­zaini sebagai fasilitator, berupaya membuat sebuah produk teknologi tepat guna yang bermanfaat bagi masyarakat. Ide tersebut dinamakan Clean, Green, dan Created (CGC) yang mereka siapkan sekitar setahun.

Firdaus Noer ST dari Lembaga Riset Muda Indonesia bersama M Munzaini SAg MPdI, pimpinan Ponpes Modern Bina Insani, membuat tungku api raksasa pembakar sampah, termasuk sampah plastik di Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.

Tungku tidak hanya berfungsi sebagai oven pemasak, tetapi juga mengeluarkan tetesan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar, minyak tanah, gas etanol, pestisida, dan abu sebagai pupuk. Tungku yang dibuat dengan ukuran 2x2 dan tinggi 4 meter itu diibaratkan sebagai gunung berapi.

Di dalam tungku itu, Firdaus memasang beberapa rangkaian pipa yang berfungsi sebagai pe­nyuling. Rangkaian itu dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menangkap zat-zat yang dibutuhkan, seperti tetesan solar, pestisida, gas (asap etanol), dan abu sebagai pupuk.

’’Secara fisika dan ilmu pengetahuan alam, kami bisa memanfaatkan beberapa bahan metal untuk menyerap bahan-bahan tersebut. Lalu kami alirkan keluar menggunakan pipa,’’ ungkapnya.

Uap dan asap etanol yang keluar dari pipa itu dihubungkan ke generator (genset) sebagai penghasil listrik. Uap atau asap etanol itu pun bisa dialirkan ke rumah penduduk (kompor gas) sebagai bahan bakar pengganti gas atau minyak tanah.

Adapun solar atau minyak tanahnya bisa langsung digunakan. Namun, untuk menjadi bensin, masih perlu diolah. Tetesan air sulingan dari pipa lainnya bisa dimanfaatkan sebagai pestisida untuk membunuh hama serangga yang menyerang lahan pertanian.

Dia mengatakan, dalam tungku itu dibuat ruangan berbentuk kotak yang dapat dipakai untuk memanggang roti atau makanan. Adapun residu berupa abu, bisa dimanfaatkan sebagai pupuk, layaknya abu gunung berapi.

Secara umum tungku tidak berbeda dengan gunung berapi sebagai lubang magma. Proses terjadinya sumber alam minyak pun berlangsung di dalam bumi yang berhubungan dengan magma.  ’’Kami beranggapan telah mempercepat proses pembuatan BBM dalam kurun waktu ratusan dan ribuan tahun, hanya menjadi beberapa hari saja.’’

Firdaus mengungkapkan, CGC merupakan teknologi penangan sampah secara cepat dan ramah lingkungan, serta tanpa biaya. Berbeda dengan incinerator sebagai pembakar sampah, tapi membutuhkan biaya tinggi dan justru memakai BBM untuk pemba­karan.

Sampah yang dibakar dalam tungku harus memiliki kadar air maksimal 20%, termasuk sampah plastik. CGC bisa menghasilkan 20 jenis produk yang dimanfaatkan untuk apa saja, termasuk sumber energi. Khusus untuk solar, berdasarkan riset akan dihasilkan 0,7 liter setiap 1 kilogram sampah. Sementara tungku pembakar sampah itu mampu menampung 10 ton sampah sehari.

Untuk mengantisipasi plagiat, tungku CGC itu telah dipatenkan produknya.  Munzaini mengungkapkan, peluncuran produk itu bersamaan dengan akhirussanah dan khotmil quran santri dan siswa Ponpes Modern Bina Insani.

Menteri BUMN Dahlan Iskan direncanakan akan berkunjung ke ponpes tersebut, awal Juli. Pihak-nya akan mempraktikkan proses pembakaran sampah hingga menghasilkan sumber energi. Akan dilakukan pula proses pengolahan menjadi bensin, sehingga dapat menggerakkan motor atau mobil.

 



Post Date : 17 Juni 2013