|
PURWOKERTO- Sebanyak 237 desa di wilayah eks Karesidenan Banyumas, pada musim kemarau ini rawan kekeringan. Masyarakat yang tinggal di desa rawan kekeringan itu akan menghadapi kesulitan mendapatkan air bersih. Desa rawan kekeringan tersebut tersebar di Kabupaten Banyumas ada 60 desa, Kabupaten Purbalingga (87), Kabupaten Cilacap (44), dan Kabupaten Banjarnegara (46). Kepala Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Kabupaten/Kota (Bakorlin) Wilayah III Banyumas-Pekalongan, Tjipto Hartono mengatakan, bila kemarau tiba, desa-desa rawan kekeringan itu membutuhkan air bersih, karena sumber mata air yang ada sudah kering. Menurutnya, jumlah keluarga di desa-desa rawan kekeringan di eks Karesidenan Banyumas yang membutuhkan air bersih lebih dari 150.000 keluarga. Pada saat kemarau, mereka sangat membutuhkan air bersih, karena sumber air yang biasa dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saat ini mulai kering. Untuk membantu mengatasi kekurangan air bersih itu, kata dia, Bakorlin III telah menyiapkan dana untuk bantuan air bersih Rp 323.467.000 yang disediakan melalui anggaran Belanja Operasional dan Pemeliharaan Publik tahun 2006. Dana sebesar itu untuk persediaan air 1.800 tangki dengan kapasitas 5.000 liter/tangki. "Beberapa kabupaten yang memiliki desa rawan kekeringan, pada awal Juli telah mengajukan permohonan bantuan air bersih. Antara lain Kabupaten Cilacap. Beberapa desa sudah mulai dikirim bantuan air bersih, seperti desa yang ada di Kecamatan Kawunganten dan Patimuan," paparnya. Langganan Banjir Dia menguraikan, desa-desa yang rawan kekeringan pada musim kemarau tersebut, di saat musim penghujan ada yang menjadi daerah langganan banjir. Terutama di desa-desa yang ada di Kecamatan Kawunganten dan Sidareja. Untuk membantu kebutuhan air bersih tersebut, kata dia, Bakorlin siap membantu bila ada permohonan. Namun, bantuan air bersih yang diberikan Bakorlin tidak bisa memenuhi semua permintaan untuk semua desa atau keluarga. Dalam menghadapi kemarau yang kini mulai dirasakan dampaknya, setiap Pemkab diharapkan juga memberikan bantuan air bersih kepada masyarakat yang membutuhkannya. Dia mengatakan, masalah kekurangan air bersih merupakan persoalan rutin yang datang setiap musim kemarau. Agar masyarakat tidak selalu kekurangan air bersih dan tak mengandalkan bantuan, ke depan perlu diupayakan pembuatan embung. Embung yang dibangun tersebut diharapkan bisa menjadi tempat penampungan air. Pada saat musim hujan, embung yang dibangun bisa menjadi tempat penampungan air. Bila kemarau tiba, embung tersebut dapat menjadi cadangan air bagi penduduk.(G23-42s) Post Date : 05 Juli 2006 |