|
Hal ini berdasarkan hasil penelitian kelayakan air minum yang dilakukan
Dinas Kesehatan Provinsi Kepri dan Badan Teknik Kesehatan Lingkungan
(BTKL) Batam. Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Karimun, Rachmadi mengatakan hal itu kepada wartawan, Rabu (1/2/2013). "Menurut hasil survei, kandungan bakteri e- Coli pada air bersih jadi yang siap untuk didistribusikan oleh Unit Pengelolan Air Bersih Perusda masih tinggi yakni sekitar 1,2 persen, katanya, Rabu (20/3/2013). Air ini kata Rachamdi, bila dikonsumsi secara langsung dapat menyebabkan diare dan muntah-muntah. Rachmadi menjelaskan kandungan bakteri e-Coli dalam air jadi yang disampaikannya itu merupakan hasil uji labor BTKL mengunakan jasa Sucofindo yang ditembuskan ke Dinas Kesehatan Pemkab Karimun. "Survei dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi dengan BTKL terhadap kelayakan air minum di Karimun, November lalu dan hasil survei dan uji labor baru ditembuskan ke kami," jelasnya. Ia menuturkan setelah memperoleh hasil survei dan uji labor tersebut, pihaknya mengimbau pada masyarakat pelanggan air bersih yang bersumber dari Waduk Seibati, agar tidak mengkonsumsi secara langsung air tersebut. Namun air itu harus dimasak terlebih dahalu. Hal ini agar terhindar dari dampak negatif bakteri. "Kami sarankan untuk merebus dulu air tersebut hingga mendidih 100 derjat celcius, dengan cara itu bakteri tersebut akan mati, setelah itu baru layak dikonsumsi," tuturnya. Terkait dampak orang yang secara terus menerus mengkonsumsi air bersih mengandung bakteri adalah, terganggunya sistem pencernaan, gangguan pada ginjal, serangan jantung atau stroke serta tekanan darah tinggi. Sedangkan asal bakteri tersebut, menurut dia berawal dari terjadinya pencemaran dan itu bisa saja berasal dari makhluk hidup. Kata Rachmadi sebenarnya ada dua aturan dari Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) tentang air, yakni Kepmenkes yang mengatur tentang air bersih dan Kepmenkes yang mengatur tentang air minum. Untuk air yang dialiri melalui perusahaan daerah air minum (PDAM) maka cukup diatur melalui Kepmenkes tentang air bersih. "Kalau untuk standar air besih, sebenarnya waduk Seibati masih dalam tergolong normal, karena memang air yang dialiri itu bukan untuk dikonsumsi langsung melainkan hanya untuk keperluan mandi dan mencuci. Namun, kalaupun untuk dikonsumsi ya harus dimasak dulu sampai mendidih," jelasnya. Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah pelanggan air minum sebanyak 3.295. Rinciannya sebanyak 2.714 pelanggan di Pulau Karimun, Kundur sebanyak 340 dan Moro sebanyak 241 pelanggan Gatal-gatal warga Puakang, Kelurahan Seilakam, Kecamatan Karimun mengaku mengalami gatal-gatal setiap kali mandi air dari waduk Seibati tersebut. Kini air yang dialiri Unit Usaha Air Bersih (UUAB) Perusda Karimun itu berwarna keruh dan berbau anyir. "Air di rumah baunya anyir sekali. Warnanya keruh, kadang berlumut juga. Bahkan, badan saya merasa gatal-gatal setiap kali mandi di rumah. Entah apa sebabnya saya tidak tahu," ujar warga Puakang, Kamlis, Rabu (20/3/2013). Pantauan di lapangan, volume air di waduk Seibati sejak tiga minggu belakangan ini memang mengalami penurunan yang cukup drastis. Terlebih, sejak Kabupaten Karimun dilanda musim panas berkepanjangan. Air waduk yang biasanya jernih berubah jadi dangkal dan keruh. Bahkan, sampah banyak berserakan di dalam waduk itu. Pintu air yang terletak di jalan raya penghubung Jalan Poros dengan Jalan Penerbangan, Bati tidak dialiri air sama sekali. Pintu air tersebut kering kerontang. Begitu didekati, ternyata dibawah pintu air tersebut masih ada aliran air dari sumber air waduk Sentani yang terletak di hulu waduk Seibati. Namun, volumenya sangat kecil sekali. Karena volume air sangat kecil, maka aliran anak sungai yang mengalirkan air dari waduk Sentani ke waduk Seibati terlihat sangat kotor. Beberapa gumpalan lumut, kayu kering dan ranting kayu ikut hanyut bersama air dan masuk ke dalam waduk melewati bawah pintu air itu. Sehingga, makin menambah kotornya air itu. Sebelumnya Komisi B DPRD Karimun melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pengolahan air bersih UUAB di Bati, Kelurahan Pamak, Kecamatan Tebing, Karimun, Senin (18/3/2013). Ketua Komisi B Jhon Abrison didampingi Sekretaris Raja Kamaruddin, anggota Azmi dan Abdul Hafidz tiba di lokasi malah terkejut melihat pengolahan air yang dilakukan secara manual dan tidak ada penyaringan air tersebut agar bersih. "Waduh, ternyata pengolahannya masih manual, ya. Penyaringannya juga tidak ada. Kalau seperti ini, airnya tak layak untuk diminum," kata Jhon. Operator UUAB, Hanbali tidak menampik apa yang disampaikan Jhon. Menurutnya, selama ini pengolahan air di instalasi pengolahan air bersih UUAB memang masih menggunakan cara manual. Dirinya pun menyarankan kepada pelanggan untuk menggunakan air bersih hanya bagi keperluan mencuci dan mandi saja, bukan untuk dikonsumsi. "Memang saat ini kami tak pakai teknologi, baik untuk pengolahan hingga sampai proses penyaringannya. Kami juga meminta kepada masyarakat Karimun untuk tidak konsumsi air ini karena memang tidak layak untuk dikonsumsi. Air ini hanya bisa digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci saja," katanya. Direktur Perusda Karimun Usmantono belum berhasil dimintai keterangan terkait malasalah tersebut. Nomor ponsel miliknya saat dihubungi tidak aktif. Sumber Foto : Haluankepri.com Post Date : 21 Maret 2013 |