|
DUA aliran sungai besar di Kabupaten Mandailing Natal (Madina) kembali meluap. Sedikitnya 12 desa di kabupaten paling selatan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) ini terisolasi. Sementara itu korban yang tercatat enam orang luka berat, empat orang luka ringan, dan 810 orang mengungsi. Sedikitnya empat rumah juga hanyut terbawa arus deras. Bupati Madina, Hidayat Batubara, mengatakan ia sudah melakukan tanggap darurat, dengan mendirikan tenda di sekitar lokasi bencana banjir. "Evakuasi sudah dilakukan. Anak-anak, perempuan dan orang tua sudah lebih dahulu diselamatkan. Banjir bandang ini karena faktor cuaca yang terus turun hujan lebat, " katanya kemarin. Selain itu pakaian dan selimut hangat juga sudah diberikan kepada ratusan warga yang mengungsi. Obat-obatan serta memeriksa kondisi kesehatan anak-anak yang mengungsi, juga sudah dilakukan. Hingga Senin pagi (29/4), ratusan warga di 12 desa itu, masih belum berani kembali ke rumah mereka, karena takut banjir kiriman kembali terjadi. Aliran sungai yang meluap menyebabkan banjir bandang itu, yaitu aliran Sungai Aek Rantopuran, dan Aek Mata, Kecamatan Panyambungan. Air meluap sekitar pukul 18.37 WIB Minggu (28/4). Ada pun 12 desa yang terisolasi akibat banjir bandang ini yaitu Desa Panyabungan 3, Desa Pasar Hilir, Desa Panyambungan 1, Desa Kayujati, Desa Sigalapang Julu, Desa Kampung Padang, Desa Panyambungan Julu, Desa Payambungan Tonga, Desa Payambungan Jae, Desa Adian Jior, Desa Gunung Manaon, dan Desa Pagaran Tonga. Akibat kejadian ini, ratusan kepala keluarga di 12 desa tersebut mengungsi ke lokasi yang tidak terkena banjir. Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BNPD) Madina, Risfan Hutasuhut, mengatakan sebagai tahap awal penanggulangan banjir, selain mengevakuasi warga, tim SAR dan aparat TNI-Polri terus melakukan penyisiran di sepanjang dua aliran sungai tersebut. Ratusan rumah warga di 12 desa juga disisir untuk mencari warga yang terjebak di dalam rumah. Selain itu pendataan warga juga dilakukan agar diketahui apakah ada warga yang hilang atau tidak dalam bencana alam itu. "Kami masih terus melakukan penyisiran. Terdapat enam orang luka berat akibat terkena bongkahan kayu dan terjatuh, " kata Risfan. Rawan Bencana Menurutnya, sejumlah daerah di Kabupaten Madina dianggap rawan terjadi banjir bandang dan longsor. Salah satu penyebabnya, karena topografi wilayahnya yang rawan. Analisis awal BPBD Madina, hanyutnya rumah warga itu, karena berada di dekat bantaran sungai yang sangat rentan terkena banjir bandang dan longsor. Kerusakan daerah aliran sungai menjadi salah satu faktor rentannya daerah tersebut terjadi banjir bandang. Hingga Senin siang, beberapa warga sudah kembali untuk melihat kondisi rumah mereka. Meski begitu, warga belum berani menempatinya lagi sebelum banjir benar-benar surut. Lokasi banjir bandang di dua aliran sungai itu, bukan yang pertama kalinya terjadi. Pada tanggal 14 Februari 2013 lalu, juga banjir besar terjadi, menyebabkan tiga rumah hanyut dan empat warga yang tinggal di pinggir aliran sungai hilang. Setelah dilakukan pencarian, empat warga itu sudah tak bernyawa. Analisis sejumlah aktivis pencinta alam di Sumut, penebangan hutan secara brutal menyebabkan kerusakan cukup parah, menjadi salah satu alasan bencana banjir ini sering terjadi. Perusakan hutan, selain karena akan membuka lahan baru untuk penambang emas liar, juga karena harga kayu yang mahal. Namun sayang hingga saat ini, belum ada tindakan tegas dari aparat penegak hukum di sana. Timur Arif Riyadi Post Date : 30 April 2013 |