|
AMBON, KOMPAS — Permukiman warga di Pulau Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku, diterjang gelombang pasang air laut. Air tak hanya merendam ratusan rumah dengan ketinggian 60 sentimeter, tetapi juga merusak rumah di pesisir pulau. Sebanyak 3.000 warga diungsikan. Pelaksana Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maluku Tenggara Muhtar Ingratubun, Senin (3/2), mengatakan, hampir sebagian besar permukiman warga di sepanjang utara hingga bagian selatan pesisir Pulau Kei Besar diterjang gelombang pasang atau rob. ”Kira-kira 20 desa di kawasan pesisir pantai tersebut yang terendam banjir rob. Total korban yang sudah mengungsi ke lokasi yang aman sebanyak 3.000 orang,” ujar Muhtar. Untungnya, terjangan gelombang air laut pasang tak menimbulkan korban jiwa. Menurut Muhtar, gelombang tinggi yang menerjang wilayah tersebut sudah berlangsung hampir satu bulan. ”Tinggi gelombang terus meningkat hingga 6 meter dan akhirnya menerobos masuk ke permukiman warga. Beberapa tanggul penahan di pinggir pantai juga jebol,” ungkapnya. Akibat cuaca yang terus memburuk, bantuan bagi korban belum bisa disalurkan. Satu-satunya transportasi ke pulau tersebut dari ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara, Langgur, adalah kapal motor. ”Namun, kapal motor itu tak mampu melewati hadangan gelombang yang tingginya sampai 6 meter,” kata Muhtar. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pattimura, Ambon, George Mahubessy mengatakan, gelombang tinggi dan angin kencang masih akan terus berlangsung selama pekan ini. Tanggul rusak di Donggala Akibat hantaman gelombang pasang air laut, sebanyak 30 dari 94 rumah di Desa Lembasada, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, rusak. Dampaknya, 40 keluarga atau sekitar 100 orang mengungsi. Menurut Kepala Desa Lembasada Muslimin Lapara, dari 30 rumah, sebanyak 4 rumah hancur, 13 rusak berat, dan 13 rumah rusak ringan. Hantaman gelombang setinggi 5 meter yang berasal dari Selat Makassar juga meruntuhkan tanggul penahan rob sepanjang 200 meter. Menurut Kepala BPBD Nusa Tenggara Timur (NTT) Tadeus Tini, jumlah korban tewas akibat cuaca buruk bertambah, dari sebelumnya 5 orang menjadi 8 orang. Selain terseret banjir, korban tewas juga akibat perahu motor yang dinaiki tenggelam saat dihantam gelombang. BPBD NTT juga mencatat, sekitar 857 rumah di pesisir pantai rusak akibat terjangan angin ribut dan rob. (FRN/KOR/VDL) Post Date : 04 Februari 2014 |