|
Pemerintah optimistis target Millennium Development Goals (MDGs) untuk sektor air minum sebesar 68,87 persen dapat tercapai. Sedangkan capaian pelayanan sanitasi meningkat hingga 59,7 persen dari target semula 62,4 persen penduduk yang diperkirakan dapat terwujud pada 2015. Berdasarkan data Susenas 2011, luasan kawasan kumuh tersisa sebesar 12,75 persen atau menurun 8,18 persen dari kondisi 1993. "Tantangan berat Indonesia di bidang infrastruktur permukiman adalah memberikan akses air minum 100 persen, mengurangi kawasan kumuh hingga 0 persen dan menyediakan akses sanitasi layak 100 persen untuk masyarakat Indonesia diakhir RPJMN ketiga 2015 nanti," kata Dirjen Cipta Karya Kementrian PU, Imam Ernawi di Jakarta, Rabu (23/7). Di sektor air minum, lanjut Imam, Indonesia membutuhkan Rp274,8 triliun untuk mencapai akses 100 persen dengan kemampuan APBN sebesar Rp90,7 triliun. Untuk menurunkan luasan kawasan permukiman kumuh hingga 0 persen, Imam memperkirakan kebutuhan pendanaan sekitar Rp 200 triliun. Sedangkan di sektor sanitasi, target akses 100 persen baru bisa tercapai dengan pendanaan Rp 295 triliun dengan kemampuan APBN sebesar Rp94 triliun. Terkait kebijakan penghematan anggaran, pagu Ditjen Cipta Karya pada tahun anggaran 2014 sebesar Rp 17 triliun, dihemat sebesar Rp2,8 triliun menjadi Rp 14,2 triliun setelah terbitnya DIPA penghematan APBNP pada Juli 2014. Dengan pagu penghematan tersebut, status penyerapan keuangan yang sudah dilakukan Ditjen Cipta Karya sebesar 25,94 persen atau setara dengan Rp 3,7 triliun. Sementara progress fisiknya telah mencapai 30,54 persen. Pada tahun anggaran 2015, tambah Imam, alokasi pagu Ditjen Cipta Karya sebesar Rp 14 triliun yang bersumber dari rupiah murni dan sumber pendanaan lainnya. Post Date : 25 Juli 2014 |