|
Sekitar 14.000 hektare (ha) lahan sawah di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah (Jateng), tidak dapat ditanami padi akibat kekeringan. Padi yang ditanam bulan ini dipastikan puso. Lahan sawah yang kekeringan itu tersebar di 19 wilayah kecamatan. Dari pantauan Media, kemarin, pemiliknya membiarkan lahan yang kekeringan itu terbengkalai. Saluran irigasi yang sebelumnya mengaliri lahan tersebut kini kering kerontang. Sedangkan beberapa sungai besar seperti Sungai Bodri dan Sungai Kuto debit airnya menyusut sekitar 75%. Agar lahan yang kekeringan itu tetap dapat dimanfaatkan, beberapa petani menanami lahan sawah yang kering dengan tanaman palawija dan tembakau. Sedangkan untuk kebutuhan air, mereka mengambil dari sumur yang digali di lahan sawah. "Sejak beberapa bulan lalu kami tidak dapat menanam padi akibat tidak ada air," kata Sigian, 41, petani di Kecamatan Kaliwungu. Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kendal Sumantri Bambang Widodo kepada Media, kemarin, mengatakan, dari 27.000 ha yang ada di wilayah Kendal, hanya 13.000 ha yang masih dapat ditanami padi. Meskipun hingga saat ini belum ada tanaman padi yang puso, kata Sumantri, namun dipastikan akan ada beberapa ha tanaman yang puso akibat keterlambatan masa tanam, yaitu di Kecamatan Rowosari. Akibat kekeringan pula, sedikitnya 6.750 keluarga penduduk tujuh desa di wilayah Kecamatan Kawunganten, Kabupaten Cilacap, Jateng, mengalami krisis air bersih. Dari tujuh desa yang kekurangan air, baru tiga desa yang memperoleh bantuan air bersih dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cilacap. Data dari Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) di Kecamatan Kawunganten, tujuh desa yang mengalami krisis air bersih adalah Desa Glugu, Bringkeng, Kubangkangkung, Bojong, Kawunganten, Ujungmanik, dan Desa Babakan. Staf Bagian Sosial Ekonomi Kecamatan Kawunganten Sukono yang dihubungi, kemarin, mengatakan, tiga desa yang telah mendapat bantuan air dari Pemkab Cilacap adalah Desa Bringkeng, Glugu, dan Desa Ujungmanik. Empat desa lainnya masih menunggu giliran untuk mendapat bantuan. "Kemarin sudah didrop air bersih, namun baru untuk tiga desa. Biasanya air bantuan itu hanya dapat dimanfaatkan untuk beberapa hari saja, karena warga tidak punya bak penampungan air," ujar Sukono. Menurutnya, warga yang belum mendapat bantuan air bersih kini harus mencari air ke wilayah lain yang sumurnya masih berair. Jaraknya sekitar dua hingga tiga kilometer dari tempat tinggal mereka. Berebut air Sebagian warga Kota Batu dan Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim), juga mulai memperebutkan jatah air bersih bantuan pemerintah setempat, akibat kekeringan. Kekeringan di Kota Batu sangat ironis, karena wilayah ini merupakan pusat distribusi air bersih untuk Kota Malang. "Sudah beberapa hari ini kita memperoleh air bersih lewat bantuan. Kalau mau mendapatkan lebih banyak harus menyewa kendaraan pikap. Air ditampung menggunakan jeriken. Harga air untuk satu pikap rata-rata Rp120.000," kata Hadi, 38, warga Dusun Sitorejo, Kelurahan Ngaglik, Kecamatan Kota Batu, kemarin. Warga yang mengalami kesulitan air bersih terutama yang tinggal di lereng pegunungan. Sedangkan warga yang tinggal di sekitar perkotaan tidak ada masalah karena sudah mendapat layanan air bersih dari perusahaan daerah air bersih (PDAM). Warga Dusun Sitorejo sebelumnya tidak pernah kesulitan mendapatkan air bersih, karena mereka mendapatkan layanan dari PDAM. Tetapi, sejak 1999 jaringan PDAM itu diputus. Kini, penduduk dusun tersebut mendapat bantuan suplai air dari Dusun Sumbermentek dan PT Sumber Indomari, industri sarana pertanian di Kecamatan Oro-oro Dowo, Kota Batu. Sementara itu, hampir semua sungai di Nusa Tenggara Barat (NTB) kini debit airnya menurun drastis. Bahkan, dari 176 sungai yang ada di provinsi ini hanya 20 sungai yang airnya masih mengalir baik. "Kondisi sekarang ini berbeda dengan 10 tahun lalu. Saat kemarau masih ada sekitar 30 sungai yang airnya masih baik. Sekarang hanya sekitar 20 sungai," kata Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) NTB Jalal kepada wartawan di Mataram, kemarin. Post Date : 26 Agustus 2004 |