|
TEMPO Interaktif, Jakarta:Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, Agoes Widjanarko, mengatakan dari 13 Sungai yang mengalir di Jakarta, tidak satupun yang bebas dari pencemaran. "Kami sudah lakukan penelitian di 66 lokasi yang tersebar di 13 sungai, semua menunjukkan tidak satupun ada yang layak untuk dijadikan sumber air minum," katanya dalam diskusi media Kelangkaan Air Baku, Tantangan Dalam Penyediaan Air Minum di Gedung Bappenas, Selasa. Salah satu sungai dengan tingkat pencemaran yang sangat tinggi, menurut Agoes, adalah Ciliwung. Sungai yang digunakan sebagai bahan baku air minum tersebut mengandung kadar BOD rata-rata 8,97 miligram per liter (mg/l) dan COD 35,22 mg/l. Padahal baku mutu BOD adalah 10 mg/l dan COD 20 mg/l. Kondisi Sungai Ciliwung semakin memprihatinkan dengan kandungan bakteri ecoli pada sungai tersebut yang mencapai 1.600.000 - 3.000.000 individu/100cc. Angka ini jauh di atas standar baku mutu yang di perbolehkan, yaitu 10.000 individu/100cc. Sedangkan pencemaran bakteri fecal coli di sungai tersebut mencapai 280.000 - 1.600.000 individu/100cc. Padahal baku mutu yang ditetapkan hanya 2.000 individu/100cc. Kepala Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Budirama Natakusumah, menambahkan, pencemaran terjadi di semua sungai di Jakarta secara merata. Dari 13 sungai tersebut, 78 persen diantaranya masuk kategori cemar berat, 10 persen cemar sedang, 9 persen cemar ringan, dan hanya 3 persen yang berkategori bagus. Dwi Riyanto Agustiar Post Date : 20 Maret 2007 |