Harga Air Bersih Naik

Sumber:pontianakpost.com - 11 Februari 2014
Kategori:Air Minum

Sebagian besar warga kelurahan Sungai Beliung, Pontianak Barat mengalami kesulitan mendapatkan air bersih. Salah seorang warga, Ratna mengatakan, kini cadangan air bersih dalam drum sudah semakin menipis. Bahkan, sejumlah warga mulai kehabisa air. Mereka terpaksa membeli air galon untuk minum. Sebagian lagi membeli air yang dijual secara eceran di tempat lain.

“Rata-rata di sini sudah pada habis air hujannya. Karena itu harus beli air untuk minum. Biasanya sih beli air galon. Ada juga yang beli air kubikan,” kata Ratna saat ditemui di rumahnya di Gang Lembayu, Kelurahan Sungai Beliung, Pontianak Barat. Ratna mengaku sangat terbebani karena harus membeli air bersih. Sebab harga air tersebut cukup mahal. “Penghasilan  kami tak seberapa. Kalau harus terus beli air kami tak sanggup,” tambahnya. Sebagian besar warga di Keluruhan Sungai Beliung belum memiliki akses pada jaringan PDAM. Karena itu satu-satunya jalan untuk mendapatkan air minum adalah dengan membelinya secara kubikan. 
Pernah ada bantuan dari PNPM Mandiri Perkotaan yang membangun tempat penyimpanan air hujan. Namun jumlahnya tidak memadai dibandingkan dengan kebutuhan warga. Karena itu di saat musim kemarau seperti ini, tempat penyimpanan air hujan itu juga sudah kehabisa n air. “Ke depan kalau mau ada bantuan lagi mungkin bisa diperbanyak jumlahnya. Supaya bisa digunakan banyak orang,” katanya. 
Untuk kebutuhan mencuci dan mandi, warga biasa menggunakan air sumur. Tapi kini air sumur  sudah mulai kering. Air parit juga mulai surut. Mereka hanya bisa mengandalkan tibanya air pasang. Masalahnya air pasang tidak datang setiap hari. Kalau pun datang, air sungai itu terasa payau. Warga lain, Jamaliah mengatakan, warga kini kesulitan untuk mandi dan mencuci. Karena tak ada air, anak-anak mereka sampai tak mandi. “Kalau tak ada air bagaimana mau mandi. Kadang ya dikurangi mandinya,” ungkapnya.


Warga berharap pemerintah bisa menyediakan air bersih bagi mereka. Warga tak masalah jika harus membeli, namun harganya haruslah tetap terjangkau. “Kami di sini banyak kerja buruh bangunan. Kalau beli air mahal-mahal tentu tak mampu. Kalau ada bantuan air bersih dari pemerintah tentu kami senang sekali,” ujar Jamaliah. 


Warga berharap PDAM bisa melakukan pemasangan baru  di wilayah mereka. Jika ada air leding mereka tidak khawatir lagi saat musim kemarau tiba. “Kepada pak Wali atau pihak terkait kami harap agar bisa menyediakan air bersi. Kami mohon dengan sangat, Pak,” kata Ratna. Di sisi lain, masyarakat yang bukan pelanggan PDAM harus mengeluarkan uang jauh lebih besar pada musim kering saat ini. Air yang dijual tangki-tangki ukuran dua meter kubik melonjak tajam. Jika pada hari-hari normal harganya Rp130 per dua meter kubik sekarang bisa mencapai Rp200 ribu. 


Jika membeli dengan harga normal pembeli jarang dilayani. Harga Rp130 per 2 meter kubik dapat diperoleh minimal dalam jangka waktu satu minggu. Anehnya harga air tidak stabil, tergantung siapa yang besar membayar air akan diantar. “Saya beli Rp150 ribu. Itu pun tidak langsung datang. Harus tunggu beberapa hari,” kata warga Jalan Petani, Adji (30).


Tidak dapat langsung memenuhi permintaan air karena penjual harus antre di Boster Pramuka, di kawasan GOR. Antrean yang sangat panjang menghabiskan waktu pebisnis air baku. “Antrenya 24 jam,” ujar seorang penjual air tangki.Wali Kota Pontianak Sutarmidji, mengaku tidak dapat intervensi harga air dari penjual tangki 2 meter kubik kepada masyarakat. “Kalau jual ke masyarakat kami tidak bisa mencampurinya,” ungkapnya.Sutarmidji mengatakan harga jual dari PDAM kepada pengantre air di Boster Pramuka jauh di bawah harga jual pemilik tangki kepada masyarakat. Satu meter kubik di boster tidak sampai Rp20 ribu. “Kalau tidak salah saya harganya Rp15 ribu per meter kubik,” ujarnya.


Mengenai antre baik PDAM maupun Pemkot Pontianak tidak dapat menghindarinya. Air bersih tidak hanya dijual kepada warga Pontianak, sebagian warga Kubu Raya dan Kabupaten Pontianak juga membutuhkannya. “Antre mau dibilang apa karena kebutuhannya memang seperti itu,” ucapnya.Untuk air bersih secara umum, Sutarmidji berharap intrusi air laut tidak begitu berpengaruh pada air baku yang diproduksi PDAM. Saat ini salah satu instalasi pengolahan air sudah menghentikan sementara produksinya karena intrusi. “Sungai Jawi Luar berhenti sementara, tetapi yang lain tetap produksi,” katanya.


Saat ini air PDAM sudah mulai payau, namun Sutarmidji mengatakan tingkat keasinannya tidak terlampau parah. Masih dapat digunakan untuk mandi, cuci, kakus. Kadar garam di air baku saat ini memang di atas ambang, yakni di bawah 600 miligram per liter. Kadar garam normal pada air baku harusnya di bawah 300 miligram per liter. “Kalau ribuan miligram itu baru sangat terasa asinnya,” ucapnya.



Post Date : 13 Februari 2014