Di Tapanuli Tengah, Air Justru Terbuang Percuma

Sumber:medanbisnisdaily.com - 14 Agustus 2013
Kategori:Air Minum

Masyarakat Desa Sianipar Sihailhail, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) mengalami krisis air minum. Pasalnya, sumber mataair di desa itu yang selama ini dipergunakan menjadi kebutuhan hidup sehari-hari mengalami kekeringan. Akibatnya, warga di daerah itu kewalahan mencari air untuk memenuhi kebutuhan di rumah tangganya.

Robin Simanjuntak, warga desa tersebut mengatakan, kebutuhan air minum di desa itu selama ini didatangkan dari Gambang yang letaknya di pegunungan dan dialirkan melalui pipa sepanjang 1 kilometer (km). Namun saat ini sedang mengalami kekeringan sehingga masyarakat sulit untuk mendapatkan air untuk kebutuhan warga. 

Padahal, mataair Gambang berusia ratusan tahun dan belum pernah mengalami kekeringan. "Sudah satu minggu masyarakat di desa ini mengalami kekeringan air minum, sehingga seluruh warga di sini terpaksa ke sungai di desa Aekbolon yang berjarak 1,5 kilometer, hanya untuk mendapatkan air cuci pakaian warga," ujar Robin, Senin (13/8).

Komandan Siahaan, (78), salahsatu tetua masyarakat desa Sianipar Sihailhail, membenarkan apa yang dikeluhkan Robin Simanjuntak. "Padahal, biar bagaimana pun panjangnya musim kemarau, mataair Gambang tidak pernah kering. Makanya dulu di waktu penjajahan mataair tersebut dipergunakan penjajah sebagai sumber air minum,” kenang Komandan Siahaan. 

Kata dia, mataair Gambang tak hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga, melainkan juga mampu untuk mengairi persawahan warga. 

Sekretaris Desa Sianipar Sihailhail, Tobar Siahaan, yang ditemui terpisah, mengakui keluhan warga yang mengalami kekurangan air, terutama setelah mataair Gambang tak lagi mengalir. Dari sejak awal, Tobar Siahaan mengungkapkan warga desa berharap PDAM kabupaten mau melakukan pemipaan air dari desa terdekat, yakni Desa Aekbolon.

"Penduduk desa kami jumlahnya 150 jiwa, tapi untuk mendapatkan air pipa PDAM yang disambungkan dari Desa Aekbolon pun tak bisa. Padahal jarak desa Aekbolon ke desa hanya 30 meter," ujarnya. Namun ia menyadari pemipaan air oleh PDAM kemungkinan tak bisa diwujudkan karena letak Desa Sianipar Sihailhail lebih tinggi dari desa Aekbolon.  

"Tetapi karena ketinggian desa kami kemungkinan membuat PDAM tak bisa melakukan pemipaan. Tekanan air tak memungkinkan ke desa kami, akhirnya PDAM tidak masuk ke desa ini,” keluh Tobar Siahaan. Tapi pihak desa, kata Tobar, menyiapkan solusi sementara yakni pihaknya akan meminta kepada PDAM agar dapat diberikan keringanan dengan membuka keran air umum di lokasi

Terbuang Percuma
Tapi situasi kekurangan air di Desa Sianipar Sihailhail bisa dibilang berbanding terbalik dengan apa yang dialami masyarakat yang tinggal di kawasan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Sibolga-Padangsidimpuan, persisnya di Kilometer (KM) 6, Lingkungan I Tanoponggol, Kelurahan Sibuluan Nalambok, Kecamatan Sarudik, Kabupaten Tapanuli Tengah. 

Warga setempat mengeluh karena sudah lebih sebulan jalanan beraspal di kawasan itu terendam air. Begitu juga dengan halaman rumah mereka yang jadi becek lantaran air terus mengalir tiada henti. Hal itu terjadi karena  pipa air yang diduga milik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi cabang Tapteng yang tertimbun di bawah badan Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Sibolga-Padangsidimpuan itu bocor.

Tapi seorang pegawai PDAM Tirtanadi cabang Tapteng bermarga Siregar saat dikonfirmasi justru membantah dengan mengatakan pipa air yang bocor itu bukan pipa distribusi air milik PDAM Tirtanadi. Dia justru menyebut nama PDAM Mual Nauli Tapteng.

Tapi, tudingan Siregar dibantah Direktur PDAM Mual Nauli, Puspa Aladin Sibuea. Saat dikonfirmasi terpisah, Sibuea menduga pipa bocor itu milik Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang ada di Pondokbatu, Kecamatan Sarudik. 

Warga Bingung
Saling lempar badan antara dua PDAM di Tapteng itu membuat warga setempat bingung dan hanya bisa menebak-nebak. Seorang ibu pemilik rumah yang tidak ingin namanya disebutkan, saat ditanya MedanBisnis siapa pemilik dan penglola pipa bocor tersebut, tak bisa memberi jawaban yang pasti. “Kami menduga, kemungkinan besar, pipa air yang bocor itu milik salah satu PDAM yang ada di Tapteng,” kata ibu itu. 

JB Damanik, warga lainnya, selain mengeluh, juga berharap ada pihak pemilik dan pengelola pipa air yang bocor itu, mengaku dan memerbaiki jaringan pipa airnya, sehingga tidak mengganggu orang lain. 

Petugas Satker PPK 12 Sibolga CS pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sumut, Maraden Sihombing, juga tak tahu pipa itu milik siapa. Sama seperti warga, ia berharap ada perusahaan yang mau mengaku pipa bocor itu milik siapa, lalu memerbaikinya. 

Sebab, jika tidak, jalan beraspal yang tergenang air akan mengalami kerusakan. “Kami sangat menyesalkan pemilik pipa yang telah mengabaikan atau tidak melakukan perbaikan atas kebocoran pipa air itu. Sementara kita terus berupaya melakukan perbaikan jalan,” katanya.
Ia mengalkulasi, kebocoran pipa itu membuat jalan nasional di Kabupaten Tapteng mencapai 2.000 titik. “Saya akan melaporkan hal ini kepada atasan saya, kemudian pada tahun anggaran mendatang, kami akan melakukan pendataan di seluruh titik pipa air yang bocor itu,” kata Maraden Sihombing.

 



Post Date : 15 Agustus 2013