Atambua, Kompas - Sebanyak 12 desa yang tersebar di Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, Rabu (30/3), terendam banjir. Akibatnya, warga dari sembilan desa mengungsi ke lokasi yang lebih aman, sedangkan warga dari tiga desa lain sulit mengungsi karena terkepung banjir.
Banjir disebabkan hujan deras disertai angin kencang dalam empat hari ini. Akibatnya, Sungai Benanain yang menampung puluhan sungai dari Timor Tengah Utara dan Timor Tengah Selatan meluap.
Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Laporan sementara menyebutkan, sekitar 870 rumah, 150 hektar sawah dan ladang, terendam. Bahkan puluhan hektar sawah hancur karena padi baru berusia dua pekan. Sekitar 75 ekor ternak sapi dan babi hanyut terbawa banjir.
Camat Malaka Barat Eduardus Klau, di Besikama, 60 kilometer dari Atambua, Rabu, mengatakan, banjir kali ini adalah yang terbesar dalam lima tahun ini. Tanggul sekaligus irigasi untuk menahan luapan banjir tahunan sepanjang 5 kilometer diterjang banjir dari Sungai Benanain hingga roboh. Air pun meluap ke sawah, ladang, rumah, dan fasilitas umum.
Mulai surut
Di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, penanganan bencana banjir Kali Lamong dinilai terlambat. Akibatnya, daerah terdampak meluas. Banyak warga menderita penyakit gatal-gatal dan tidak segera tertangani. Kaki sejumlah warga lecet memerah setelah daerah mereka selama tujuh hari terendam air.
Warga lain, misalnya, Tining (66) dan Masral (70), mengeluhkan nyeri di kaki mereka. Jari dan telapak terlihat mengelupas dan memerah.
Rabu kemarin, air luapan Kali Lamong di Kecamatan Benjeng, Balongpanggang, dan Menganti sudah surut total. Namun, genangan air masih terlihat di beberapa desa di Kecamatan Cerme. Genangan di Jalan Raya Tambakberas sudah bisa dilintasi kendaraan bermotor meski ketinggian banjir 10-40 cm. Genangan air juga masih terjadi di Cermenlerek. Air yang menggenangi jalan raya poros utama Surabaya-Tuban di Duduksampeyan juga berkurang.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Gresik, M Agung Surianto, menyatakan, warga bisa mengajukan gugatan terhadap pemerintah secara bersama-sama (class action). Efek banjir merupakan bentuk kesalahan terstruktur penyelenggara pemerintahan.
Sementara itu, RSUD Otanaha di Kelurahan Pilolodaa, Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, hingga Rabu belum beroperasi. Sebagian RSUD itu sehari sebelumnya, Selasa (29/3), diterjang bencana longsor. (aci/kor/apo)
Post Date : 31 Maret 2011
|