|
Tangerang, Kompas - Pembangunan Kota Tangerang, Banten, dalam 20 tahun terakhir menunjukkan peningkatan secara signifikan. Penataan kota terus berkembang dengan dilengkapi pembangunan infrastruktur memadai. Akan tetapi, persoalan yang belum teratasi kota berpenduduk 1,6 juta jiwa itu adalah banjir dan air bersih. Masalah itu diungkapkan Wali Kota Tangerang Wahidin Halim di Tangerang, Kamis (28/2). ”Banjir di Kota Tangerang tidak bisa ditolak. Selain berhubungan dengan alam, juga karena faktor manusia yang masih suka merusak lingkungan. Selama manusia masih merusak lingkungan, banjir belum akan teratasi,” kata Wahidin. Wahidin yang akan mengakhiri masa kepemimpinannya setelah menjabat wali kota selama 10 tahun ini menjelaskan, banjir juga dikarenakan adanya kesalahan dalam pembangunan kawasan perumahan. ”Banyak pengembang yang nakal. Mereka membangun perumahan tanpa memperhatikan lingkungan sekitarnya. Mereka mengubah fungsi peruntukan sungai dan danau menjadi kawasan perumahan,” tutur Wahidin. Faktor lain yang membuat Kota Tangerang belum bisa mengatasi banjir adalah tata ruang daerah hulu rusak akibat pembangunan tak terkendali. Soal air bersih, Wahidin mengakui masih banyak warga yang belum mendapatkan pelayanan dari perusahaan daerah air minum (PDAM). Menurut Direktur Utama PDAM Tirta Benteng Kota Tangerang Achmad Mardju Kodri, produksi air bersih mencapai 350 liter per detik dan melayani 27.000 pelanggan. ”Hingga saat ini, lima instalasi air terus digenjot produksinya untuk melayani masyarakat Kota Tangerang. Kelima instalasi air tersebut ada di Mekarsari, Pramuka, Benda, Banjar, dan Griya Kencana,” kata Kodri. Akan tetapi, Kodri mengakui masih ada warga yang belum terlayani air bersih dari PDAM. Di antaranya dialami warga di tiga kelurahan Kecamatan Neglasari. Warga di Kecamatan Neglasari ini tidak dapat menggunakan air tanah karena sudah tercemar. Ketua DPRD Kota Tangerang Herry Rumawatine membenarkan tentang kurangnya pelayanan PDAM. ”Selain banjir dan air bersih, penyediaan lapangan pekerjaan, pengelolaan sampah, dan transportasi menjadi masalah,” kata Herry. (PIN)Post Date : 01 Maret 2013 |