|
Persoalan sampah di DKI Jakarta masih memprihatinkan. Sampah yang tidak tertangani dan dibuang ke sungai tidak hanya menciptakan lingkungan yang kurang sehat, tetapi juga menyebabkan pendangkalan sungai yang bisa mengakibatkan banjir. Ada yang optimistis bahwa persoalan ini akan dapat diselesaikan di tangan para pemimpin. Namun, banyak juga yang mulai skeptis. Perasaan skeptis muncul karena kondisi ini sudah terlalu akut sehingga butuh penanganan yang sangat serius. Apalagi, pergantian pemimpin berkali-kali terjadi, tetapi belum ada tanda-tanda sampah ditangani secara serius. Meski beragamnya pandangan tentang kondisi penanganan sampah, masyarakat tetap terus berusaha. Mereka mulai dari dirinya sendiri, dan kelompok warga pada semua tingkatan mencoba melakukan langkah kecil yang dianggap bisa mendorong perubahan kebiasaan. Seperti membuang sampah pada tempatnya atau mengolah sampah. Namun, di sisi lain, pemerintah pun dituntut untuk menyiapkan program dan tindakan konkret serta mendidik masyarakat untuk berperilaku sehat. Upaya warga yang tergabung dalam WWF Indonesia dan Komunitas Ciliwung Condet untuk mengangkat sampah plastik di Sungai Ciliwung, yang berada di RT 010 RW 015, Kelurahan Balekembang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, Sabtu (23/3), patut didukung. Selama satu jam, sekitar 30 orang mencoba mengangkat sampah plastik dari Ciliwung. Dalam waktu singkat itu, mereka mampu mengumpulkan 25 karung sampah plastik dengan berat rata-rata 18 kilogram. Meski sudah dikumpulkan 450 kilogram sampah plastik, sampah plastik di Ciliwung masih banyak terlihat. Pembersihan itu dilakukan di areal dengan luas 200 meter x 200 meter. Jika dibandingkan dengan panjang Sungai Ciliwung yang hampir 120 kilometer, bisa dibayangkan berapa tinggi tumpukan sampah plastik jika dikumpulkan semua. Menurut Asun Sudirman, anggota Komunitas Ciliwung Condet, material yang berada di dasar Sungai Ciluwung di sekitar tempat itu sebagian besar adalah sampah, khususnya plastik. Jika sampah itu hendak diambil, harus dilakukan pengerukan dengan kedalaman minimal 3 meter. ”Saat terjadi banjir, ketinggian air di sini hampir mencapai 8 meter dari ketinggian normal yang berkisar 2-3 meter,” ujar Sudirman. Saat Kompas menyisir ke arah timur, terlihat tumpukan sampah yang cukup mengerikan. Bahkan, salah satu onggokan sampah itu mencapai kira-kira 6 meter. ”Tempat pembuangan ini tepat berada di depan Kantor Lurah Balekembang,” kata Abdul Kodir, pendiri Komunitas Ciliwung Condet. Menurut Kodir, kondisi sampah di lokasi tersebut sudah sangat memprihatinkan sehingga dibutuhkan kerja sama semua pihak. ”Yang paling penting adalah kesadaran masyarakat. Kita tidak hanya berharap pada pemerintah,” ujarnya. Kodir yang mendirikan Komunitas Ciliwung Condet tahun 2002 mengungkapkan, komunitas ini didirikan untuk mengajak semua pihak menyelesaikan masalah sampah. Penanganan itu tidak bisa dilakukan secara individu, tetapi secara kelompok. Chris Rahardian, anggota WWF Indonesia, mengatakan, salah satu penanganan sampah adalah mengurangi penggunaan sampah plastik. FRANSISKUS PATI HERIN Post Date : 25 Maret 2013 |