108 Desa di Bojonegoro Terendam

Sumber:Suara Pembaruan - 04 Februari 2009
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

[BOJONEGORO] Banjir akibat luapan air Bengawan Solo hingga Rabu (4/2) pagi sudah merambah 108 desa di 16 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Genangan banjir dikhawatirkan semakin bertambah, seiring dengan masih buruknya cuaca dan hujan yang terus turun sepanjang petang hingga malam hari.

"Ribuan pengungsi yang hingga kini bertahan di kantor kelurahan dan balai desa setempat, sebagian sudah mendapat bantuan makanan dan pakaian. Memang ada pengungsi yang belum mendapat bantuan," kata Sekretaris Satuan Pelaksana Penanggulan Bencana dan Pencegahan (PBP) Pemkab Bojonegoro, Lukman Wafi, yang dihubungi SP, Rabu (4/2) pagi.

Satlak PBP Pemkab belum dapat menghitung kerugian materi akibat banjir karena masing-masing petugas dan perangkat desa masih sibuk menangani pengungsi. Lukman membenarkan, cuaca di wilayah Kalitidu, bagian hulu Bengawan Solo di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya mendung dan hampir dipastikan siang atau petang ini turun hujan.

Banjir yang melanda be-berapa daerah di Jatim saat ini merendam sekurangnya 21.538 hektare (ha) lahan pertanian tanaman pangan. Lahan yang terendam tersebar di 74 kecamatan di 19 kabupaten dari 38 kabupaten/kota. Daerah banjir tersebut di antaranya Bojonegoro, Gresik, Lamongan, Tuban, Madiun, Ngawi, dan Pasuruan.

"Data tersebut sampai akhir Januari. Padahal, banjir masih melanda beberapa kabupaten/kota," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, Wibowo Ekoputro.

Banjir kali ini mengakibatkan tanaman padi dan jagung yang terendam. Tanaman tersebut sebagian besar rusak dan sedikit yang bisa dimanfaatkan. Dinas Pertanian Jatim, menyiapkan bibit tanaman yang terendam banjir secara cuma-cuma.

Sementara itu, dari Banten dilaporkan, ribuan rumah di tiga kecamatan, yakni Patia, Angsana, dan Panimbang di Kabupaten Pandeglang, Banten terendam banjir akibat hujan yang terus mengguyur selama tiga hari. Tiga kampung di Desa Idaman, Kecamatan Patia, yakni Tajur, Sindang Rahayu, dan Karang Tengah terisolasi karena jalan rusak akibat banjir.

Langganan Banjir

Berdasarkan keterangan yang dihimpun SP, di Pandeglang, Selasa (3/2), banjir yang melanda tiga kecamatan itu sudah menjadi langganan setiap tahun ketika musim hujan tiba. Banjir terjadi karena meluapnya air Sungai Cilemer dan dua anak sungainya, yakni Cilata dan Ciheru, yang melintasi daerah itu.

Dikatakan, untuk Kecamatan Patia terdapat empat desa yang terkena banjir, yakni Desa Idaman, Surianeun, Ciawi, Patia dengan ketinggian air mencapai satu hingga tiga meter. Untuk Kecamatan Panimbang, yang terkena banjir, yakni Desa Mekarsari, Gombong, dan Panimbang Jaya dengan ketinggian air mencapai satu meter. Untuk Kecamatan Angsana, masih dalam proses pendataan.

Camat Patia, Ali Kohar menjelaskan, Kecamatan Patia adalah daerah yang paling parah terendam banjir. Berdasarkan pendataan sementara, ratusan ha sawah dan 1.196 rumah terendam banjir sejak Senin (2/2) malam.

"Air Sungai Cilemer terus meluap, karena selama beberapa hari terakhir ini hujan terus mengguyur di wilayah kami. Warga kesulitan mencari tempat perlindungan dan pengungsian karena hampir sebagian besar rumah warga terendam banjir," ujarnya.

Kohar berharap Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten segera memberikan bantuan kepada warga, karena kondisi warga sudah sangat memprihatinkan.

"Terkait jumlah warga yang menjadi korban banjir, kami sudah sampaikan kepada pemkab, namun hingga saat ini belum ada bantuan dari pihak pemerintah daerah," katanya.

Anggota Badan Permusyawaratan Desa Idaham, Ahmad mengungkapkan, pihaknya bersama sejumlah petugas desa terus mendata warga yang menjadi korban banjir. [149/142/WMO/070/080/ 148/152/120/146/141]



Post Date : 04 Februari 2009