104 Terjangkit, 1 Meninggal

Sumber:Kompas - 16 Desember 2010
Kategori:Sanitasi

Palu, Kompas - Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, menetapkan status kejadian luar biasa menyusul merebaknya diare tiga hari terakhir. Sejak Senin lalu, setidaknya 104 warga yang terjangkit, satu orang di antaranya meninggal dunia.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli Bakri Idrus, yang dihubungi di Tolitoli, Rabu (15/12), menyatakan, diare melanda lima kecamatan, yakni Kecamatan Baolan, Galang, Dondo, Dakopemean, dan Ogedeide. Penderita terbanyak berdiam di Kecamatan Baolan, ibu kota Kabupaten Tolitoli.

”Kami belum tahu penyebabnya, tim yang ditugaskan ke lapangan masih menyelidiki,” kata Bakri.

Pada Selasa malam tercatat lebih dari 40 warga dilarikan ke Rumah Sakit Mokopido karena muntah-muntah dan buang air besar. Jumlah itu terus bertambah sampai Rabu siang. ”Sejumlah pasien dirawat di koridor karena ruang rawat tak cukup untuk menampung,” kata Ramlan (34), warga Kecamatan Galang.

Kepala RS Mokopido dr Herlina menyatakan, kendati obat- obatan dan cairan infus masih mencukupi, pihaknya melaporkan hal ini ke dinas kesehatan agar menyiapkan tambahan obat dan cairan infus bila pasien terus bertambah.

”Tadi malam, pasien kami rawat sampai di koridor, terutama yang kondisinya kritis dan membutuhkan perhatian khusus agar perawat bisa memantau semua. Saat ini banyak pasien yang kami pindahkan ke gedung baru yang belum rampung, tetapi sudah bisa digunakan untuk ruang perawatan. Kami juga meminta dinas kesehatan bersiap jika sewaktu-waktu kami minta tambahan cairan infus dan obat-obatan,” katanya.

Sejumlah daerah di Sulawesi Tengah belakangan ini rawan diare. Sepanjang Oktober-November, misalnya, Dinas Kesehatan Parigi Moutong juga menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) karena diare juga merebak di sejumlah dusun di Kecamatan Tinombo.

Dalam kurun waktu itu sedikitnya 17 warga meninggal dunia. Banyaknya korban tewas disebabkan lokasi yang terpencil dan sulit dijangkau layanan kesehatan. Selain itu, jaringan komunikasi juga minim. Sebelumnya, Februari lalu, Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi menetapkan status KLB menyusul serangan kolera yang menewaskan tujuh warga dalam dua hari.

Buruknya sanitasi dan minimnya sarana air bersih menjadi salah satu penyebab mudahnya diare merebak. Data Dinas Pekerjaan Umum Sulteng menyebutkan, hingga kini baru sekitar 40 persen warga di perkotaan dan 18 persen warga di pedesaan mendapat pelayanan air bersih. Umumnya warga pedesaan masih mengonsumsi air sungai yang digunakan juga untuk keperluan sehari-hari, termasuk mandi, cuci, kakus. (REN)



Post Date : 16 Desember 2010