|
NGAMPRAH,(PR).- Sebanyak 103 orang dari Kabupaten Bandung Barat (KBB) terserang diare, 75 persen di antaranya adalah anak-anak. Penyebab diare yang dialami warga dari beberapa kecamatan di KBB tersebut belum dapat dipastikan. Tim Gerak Cepat (TGC) Dinas Kesehatan dan Sosial (Depkessos) KBB melakukan pendataan sebagai langkah awal untuk mengetahui penyebab diare yang dialami warga, Selasa (22/1). Menurut data Depkessos KBB, dari seluruh penderita diare tersebut sebanyak 13 orang berobat di Puskesmas Padalarang, 10 penderita di Puskesmas Tagog Apu, dan 40 orang di Puskesmas Batujajar. Sebanyak 40 penderita lainnya berobat di RSU Cibabat Cimahi. Seksi Penyehatan Lingkungan Depkessos KBB Sulaeman Effendi yang ditemui saat melakukan pendataan di Desa Cangkorah Kec. Batujajar, kemarin, menyatakan sampai saat ini mereka belum bisa memastikan penyebab diare. "Untuk itu kami terjun langsung untuk melakukan wawancara kepada penderita," kata Sulaeman. Menurut dia, dari hasil wawancara dapat diketahui gejala-gejala yang dialami warga. Hal itu berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya, misalnya pengambilan sampel makanan, minuman, atau air yang digunakan warga. Sampel tersebut kemudian diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah. "Dari hasil laboratorium itu baru bisa ditentukan penyebabnya, sehingga bisa ditentukan langkah penanggulangannya," ujar Sulaeman. Penanggulangan yang dimaksud bisa berupa pemberian obat dan pemutusan mata rantai jika disebabkan oleh bakteri. Sementara itu, menurut Darmila (50), warga RW 1 Desa Cangkorah Kec. Batujajar, menantu dan cucunya mengalami diare sejak Sabtu (19/1) malam. "Kemudian ditambah muntah-muntah. Sampai sekarang belum berhenti," katanya. Menurut dia, saat ini cucunya, Rangga (5) , dirawat di RS Mitra Anugerah Lestari. Sedangkan Hesti (20), menantunya, dirawat di rumah. Darmila menuturkan, tidak ada kecurigaan pada makanan sebagai penyebab diare yang dialami anak dan menantunya. "Makannya seperti biasa, tidak ada yang berbeda," kata Darmila. Sedangkan, untuk air minum, Darmila dan warga Cangkorah lainnya menggunakan air isi ulang yang banyak dijual. "Di sini tidak ada sumur," katanya. Sebagai langkah penanggulangan penyakit diare yang melanda beberapa daerah di KBB, Dinkessos KBB memberikan pelayanan gratis 24 jam melalui puskesmas setempat. Hal itu dikemukakan Dodo Suhendar, Kepala Dinas Kesehatan dan Sosial KBB. Persediaan obat-obatan di puskesmas, menurut Dodo, masih mencukupi sampai enam bulan ke depan. Buka Posko Sementara itu, karena jumlah penderita diare membeludak, RS Cibabat Cimahi terpaksa membuka tiga posko yang khusus menangani pasien tersebut. Hingga Selasa (22/1), sedikitnya 33 orang penderita diare, yang sebagian besar di antaranya berasal dari wilayah KBB, dirawat di posko dan beberapa ruang perawatan. Menurut Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) RS Cibabat Ketut Surata, sejak Senin (21/1) sore, RS membuka tiga posko yang khusus menangani pasien diare. Posko tersebut berada tepat di belakang ruang perawatan IGD. Para pasien pun menempati posko tersebut, dengan vasilitas veldbad sebagai tempat tidur mereka. Hingga sore kemarin, dikatakan Ketut Surata, jumlah pasien penderita diare yang dirawat di IGD tercatat 33 orang dan sebagian besar anak-anak. Mereka di antaranya berasal dari Kec. Batujajar, Kec. Padalarang, dan Kec. Cikalongwetan. Sedangkan dua orang lainnya merupakan warga Cimahi. Untuk mengantisipasi terus bertambahnya jumlah pasien penderita diare, menurut Ketut, RS Cibabat telah menyiapkan posko tambahan di Gedung D lantai 4. Sementara itu, dr. Arlani Surya, M.Kes., dokter yang bertugas di IGD RS Cibabat pagi kemarin, menyebutkan, peningkatan jumlah pasien penderita diare, terjadi sejak Minggu (20/1) sore. Berdasarkan hasil pemeriksaan, mereka menderita diare akut dan mengalami dehidrasi berat. Penyebab diare tersebut, diduga terjadi karena mereka mengonsumsi makanan atau minuman yang tercemar bakteri, dan untuk memastikan penyebabnya, sampel muntahan diare akan diperiksa di laboratorium. (A-136/CA-170) Post Date : 23 Januari 2008 |