Menghadapi musim kemarau, sejumlah warga di beberapa wilayah di
Kabupaten Lebak merasa cemas. Sebab, setiap memasuki musim kemarau, sebagian
warga sulit mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, khususnya bagi
masyarakat yang letak geografisnya jauh dari sumber air seperti yang dirasakan
warga Gubug, Kecamatan Sajira.
Warga tersebut bertahun-tahun hidup hanya
mengandalkan air sumur hasil dari resapan air hujan yang dalamnya bisa mencapai
puluhan meter. Jika kemarau tiba, otomatis sumur resapan milik warga ikut keruh
dan mengering, sehingga memaksa mereka harus mencari air dari pesawahan yang letaknya
bisa mencapai 2 kilometer dari rumah mereka.
“Kami mengharapkan bantuan dari pemerintah
Kabupaten Lebak untuk diberikan bantuan pasokan air bersih setiap harinya ke
kampung kami. Karena selama ini kami belum pernah dibantu pasokan air bersih
dari pemerintah yang sangat ditunggu oleh masyarakat," ujar warga kepada
Banten Raya, Sabtu (25/5).
Bila perlu, lanjutnya, Pemkab Lebak membuatkan
sarana mandi cuci kakus (MCK) yang dilengkapi dengan fasilitas air bersih yang
memadai, sehingga bisa memenuhi kebutuhan air bersih bagi seluruh warga di
kampung mereka.
Ketua RT setempat, Imam Taufik membenarkan bahwa
sedikitnya 100 kepala keluarga (KK) selama ini kesulitan air bersih dan
membutuhkan pasokan air bersih. Imam merasa prihatin dengan apa yang dirasakan
warganya. Namun, pihak pemerintah terkesan tutup mata akan kondisi yang
dirasakan warga Kampung Gubug tersebut.
“Kami meminta kepada instansi terkait di
pemerintah Lebak untuk segera memberikan solusi guna menyelesaikan permasalahan
ini. Sebab air bersih merupakan kebutuhan yang penting bagi warga,” tegasnya.
Post Date : 28 Mei 2013
|