|
Produk plastik ramah lingkungan buatan Indonesia, Oxium, kembali meraih penghargaan. Kali ini datang dari Singapura yang menganugerahkan penghargaan green labeling melalui The Singapore Green Labeling Scheme (SGLS). Penemu Oxium sekaligus Direktur PT Tirta Marta, Sugianto Tandio, mengemukakan Oxium dinilai turut berperan dalam penyelamatan lingkungan melalui produk ramah lingkungan. SGLS sendiri adalah sebuah lembaga nirlaba resmi bentukan Kementerian Lingkuingan Hidup Singapura yang bertujuan membantu masyarakat mengidentifikasi produk ramah lingkungan yang telah memenuhi eco-standar di Singapura. Pemberian label sertifikat hijau ini merupakan upaya pemerintah Singapura untuk meningkatkan pemakaian produk ramah lingkungan seiring dengan makin tingginya permintaan produk tersebut di pasar Singapura. Sertifikasi ini juga diharapkan bisa mendorong produsen lain untuk menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan. "Oxium mendapat sertifikat hijau dari Singapura sebagai plastic oxo-biodegradable. Karena dibanding plastik biasa yang memerlukan ratusan hinga ribuan tahun baru bisa terurai, Oxium hanya dalam waktu 2-5 tahun," kata Sugianto dalam keterangan pers kepada Suara Pembaruan, di Jakarta, Rabu (12/3). Selain sebagai nama merek, Oxium sendiri merupakan nama bahan aditif yang ditambahkan pada plastik untuk mempercepat proses degradasinya. Inilah yang mempercepat proses penguraiannya sebagai bahan organik di alam. Sugianto berhasil menemukan zat adiktif yang mampu menyulap kemasan plastik menjadi produk yang ramah lingkungan dengan sokongan dana dari CDC Group asal Inggris dan Norfund asal Norwegia. Konon, kemasan plastik biasa baru bisa terurai setelah 1.000 tahun. Tetapi dengan menambahkan zat adiktif Oxium dalam proses pembuatannya, kemasan plastik itu bisa terurai hanya dalam 2-5 tahun. PT Tirta Marta sebagai produsen Oxium, juga memproduksi Ecoplast, semacam resin dengan bahan dasar tepung singkong yang siap dipakai untuk membuat plastik ramah lingkungan. Kini, Ecoplast dan Oxium dipakai oleh banyak produsen plastik. Oxium kini menguasai 90 persen pasar kantong plastik di segmen pasar modern. Karena manfaatnya yang cukup besar bagi lingkungan, Oxium menembus pasar Amerika Serikat, Hong Kong, dan Singapura. Di dalam negeri plastik Oxium juga digunakan toko-toko ritel modern, seperti Indomaret, Hypermart, Alfamart, Hero, Giant, Superindo, Kemchick, Lawson, Gramedia, Tip Top, Zara Indonesia, Informa dan beberapa retail maupun factory outlet ternama lainnya. Kini, Tirta Marta memproduksi 3.000 ton Oxium per bulan. Dari penjualan Ecoplast dan Oxium, perusahaan ini meraup omset sekitar US$ 10 juta per bulan. Auereos Capital asal Inggris juga turut memiliki 40 persen saham Tirta Marta dengan membeli saham US$ 5 juta. Nilai perusahaan ditafsir mencapai US$12,5 juta. Diperolehnya sertifikat Green Label Singapura ini menambah beberapa sertifikasi dan penghargaan yang pernah diraih Oxium sebelumnya. Salah satunya adalah sertifikat Green Label Indonesia yang diterima dari Indonesia Solid Waste Association (InSWA), sebuah organisasi yang memiliki perhatian besar terhadap persoalan sampah di Indonesia. InSWA merupakan organisasi nirlaba yang bergerak di bidang manajemen dan teknologi pengelolaan sampah, baik sampah perkotaan maupun limbah industri. Apa yang diraih Oxium, kata Sugianto, sebagai dorongan untuk bekerja lebih keras lagi agar mampu berperan lebih banyak bagi upaya penyelamatan lingkungan. Sebab, penyelamatan lingkungan memerlukan kerja sama semua pihak, termasuk perusahaan swasta Post Date : 14 Maret 2014 |