|
Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Nuramaliati Prijono menuturkan, tersedianya air secara berkelanjutan merupakan salah satu tantangan utama untuk pembangunan berkelanjutan. Menurut dia, ekosistem yang lestari di seluruh dunia akan menjamin ketersediaan air bersih bagi kehidupan manusia, khususnya hutan dan lahan basah. Sebagaimana siaran pers yang diperoleh “PRLM” di Jakarta, Rabu (22/5/13), Siti mengatakan, air pada fungsinya mendasari semua jasa ekosistem. Salah satu contohnya, lahan basah sebagai wilayah penampung dan resapan, dapat membantu mengurangi risiko dari banjir. “Restorasi tanah dapat mengurangi erosi dan polusi, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan air bagi tanaman. Kawasan lindung dapat membantu konservasi air dan menyediakan air ke kota-kota,” ujarnya. Siti juga menjelaskan, ekosistem air tawar kini paling terancam karena memiliki tingkat kepunahan 15 kali lebih besar daripada eksosistem laut. “Padahal ekosistem air tawar menyimpan ribuan spesies. Oleh karena itu, ekosistem air tawar dan keanekaragaman hayatinya kini merupakan prioritas konservasi secara global,” tuturnya. Sayangnya, kata dia, sampai saat ini informasi penelitian tentang keanekaragaman hayati di wilayah perairan, baik air tawar ataupun lautan, sangat kurang. Padahal, wilayah Indonesia sebagian besar terdiri dari wilayah perairan. Sebagaimana diketahui, pada 22 Mei, penduduk di dunia memperingati Hari Keanekaragaman Hayati Internasional. Tema tahun ini berfokus pada isu “Water and Biodiversity”. Pemilihan tema tersebut selaras dengan ketetapan PBB bahwa 2013 merupakan “International Year of Water Cooperation”. “Pemilihan tema
Water and Biodiversity untuk tahun ini sangat krusial, mengingat peran air
untuk menjamin keberlanjutan seluruh kehidupan di bumi,” kata Siti.
Post Date : 27 Mei 2013 |