|
BANTUL, KOMPAS - Warga Desa Seloharjo, Pundong, Bantul, akhirnya bisa menikmati air bersih. Selama sekitar 10 bulan sejak gempa 27 Mei 2006, Seloharjo mengalami krisis air bersih akibat sumur warga mendadak kering. Menurut Lurah Seloharjo Suryo Wiji Harto, Selasa (3/4), selama ini warga hanya mengandalkan suplai air bersih dari pemerintah yang jumlahnya terbatas. Namun, sekarang warga sudah bisa memperoleh air bersih dengan cara menampung dari mata air dan menyalurkan melalui pipa-pipa paralon. Ada delapan mata air abadi yang terletak di kaki- kaki bukit. "Sebelumnya, warga tidak bisa memanfaatkan mata air itu karena terkendala biaya instalasi pipa," tutur Suryo. Potensi mata air ini kemudian dioptimalkan lewat program Pundong Centered for Facilitating Partnership (PCFP), yang melibatkan bidang Peningkatan Pertumbuhan Kepemimpinan Berkualitas (PPKB) UGM dan Japan International Cooperation Agency (JICA) Indonesia. Program berjalan selama delapan bulan, sejak Agustus 2006 hingga Maret 2007. Seperti dijelaskan Rudi Hari Murti, Direktur Eksekutif PPKB UGM, selain akibat gempa, krisis air bersih di Seloharjo juga disebabkan menurunnya permukaan air dalam tanah. Ditengarai, kegiatan penambangan pasir yang intensif di Sungai Opak menjadi penyebabnya. Pohon jati Penambangan pasir menyebabkan bertambahnya kedalaman dasar sungai. Akibatnya, permukaan air sungai pun turun, begitu pula dengan permukaan air tanah di daerah sekitarnya. Ini diperparah dengan kecenderungan warga Seloharjo yang gemar menanam pohon jati. Padahal, pohon jati amat rakus air. "Instalasi pipa penyaluran air bersih yang kami buat sepanjang 7,3 kilometer. Instalasi ini telah melayani 775 kepala keluarga di delapan dusun, dengan total debit air 16,8 liter per detik," ujar Rudi usai acara penutupan program PFCP di Balai Desa Seloharjo. Selain penyediaan air bersih, program PFCP juga meliputi pendidikan, pembangunan fasilitas umum, kesehatan, dan pembangkitan kembali aktivitas kegiatan industri rumah tangga. Pelaksanaan program dilakukan oleh 32 sukarelawan dari UGM dan mahasiswa peserta kuliah kerja nyata. Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor Senior Bidang Akademik UGM Sudjarwadi berharap hasil dari program PFCP ini bisa bermanfaat secara nyata bagi warga Seloharjo. Untuk itu, akan dibentuk kader- kader pengawas keberlanjutan pemanfaatan hasil program PFCP ini di masa mendatang. (AB2) Post Date : 04 April 2007 |