|
Program sambungan rumah (SR) pipa air bersih yang digadang-gadang bisa menjadi solusi atas permasalahan air bersih di wilayah perbukitan Prambanan rupanya belum sepenuhnya mengatasi masalah. Masih banyak warga yang masih belum bisa mengakses SR tersebut dengan berbagai alasan. Kebanyakan beralasan lantaran masih belum mempunyai biaya untuk instalasi. Pengurus Organisasi Pemakai Air (OPA) Kecamatan Prambanan Mujimin mengungkapkan, dari 5.200 kepala keluarga (KK) yang seharusnya bisa terlayani dari tiga sistem jaringan air bersih, saat ini baru terdapat sekitar 800 SR. Jumlah itu terdiri 250 SR dari sistem I di Majasem, 500 SR dari sistem II di Bleber dan 50 SR dari sistem III di Ngeboran. "Belum ada 20 persen yang memiliki SR,” ungkapnya, Kamis (2/1). Jaringan air bersih dari tiga sistem Prambanan, kata Mujimin, memang sudah bisa menjangkau sampai di tiap wilayah rukun tetangga (RT). Hanya saja, karena masih banyak keluarga yang belum mampu untuk memasang SR, untuk mendapatkan air ada yang memilih menyalur selang dari bak tampungan untuk dialirkan ke bak tampungan di rumah. Untuk cara biaya per kubiknya dihitung dari muatan tampungan. "Bagi yang tidak memiliki tampungan di rumah mereka ada yang bertahan mengambil dari belik,” katanya. Sebagaimana diketahui, masalah operasional sistem air bersih di Prambanan yang sebelumnya terkendala bahan bakar minyak (BBM) solar, sudah mendapatkan solusi dengan adanya program konversi dari diesel ke listrik. Program konversi itu ditargetkan bisa selesai akhir tahun 2013 ini. Hanya saja, diakui Mujimin, setelah persoalan operasional itu terselesaikan, banyaknya masyarakat yang belum memiliki SR, menjadikan pemanfaatannya belum bisa dirasakan maksimal. “Sebenarnya ini juga harus bisa diimbangi dengan pemasangan SR, tapi persoalannya banyak warga yang belum mampu,” paparnya. Adanya persoalan itu, diharapkan pemerintah dapat membantu warga yang kurang mampu dengan memberikan keringanan pemasangan SR. Post Date : 03 Januari 2014 |