1,7 Juta Warga Kesulitan Air Bersih

Sumber:Koran Sindo - 21 Desember 2011
Kategori:Air Minum
PALEMBANG– Forum Daerah Aliran Sungai (FDAS) Sumatera Selatan (Sumsel) mencatat, sedikitnya 1,7 juta warga di sepanjang daerah aliran Sungai (DAS) Musi kian sulit mendapatkan air bersih.
 
Kondisi ini terjadi akibat pendangkalan di sepanjang DAS Musi,lantaran proses sedimentasi di hulu sungai. Eksplorasi hutan secara besar-besaran juga merupakan penyebab utama kerusakan lahan di sepanjang DAS. Selain itu, minimnya peran serta masyarakat yang tinggal di sepanjang DAS untuk menjaga kelestarian sungai, menjadi penyebab terjadinya kerusakan sepanjang DAS. 
 
”Indikator rusaknya DAS di Sumsel yang gampang dijumpai, salah satunya adalah sepanjang tahun warna air Sungai Musi selalu tampak kuning kecokelatan,” kata Ketua FDAS Edward Saleh. Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) ini menuturkan,fluktuasi debit air Sungai Musi saat musim kemarau dan musim hujan cukup tinggi. 
 
Meski tak menyebut secara rinci,kerusakan DAS ini terjadi secara merata hampir di seluruh DAS di Sumsel,khususnya daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. ”Saat ini,akibat rusaknya DAS mulai dirasakan masyarakat yang tinggal di hilir Sungai Musi, tepatnya di Palembang,” tukas Edward. 
 
Sekadar diketahui, data UnitPengelola Teknis(UPT) Badan Pengelola (BP) DAS Musi mencatat, total lahan kritis di Sumsel adalah seluas 8.131.921,68 hektare (ha).Luasan itu terdiri dari 208.507,77 ha lahan sangat kritis; 3.419.289,01 ha lahan kritis; 1.819.724,04 ha lahan agak kritis; 1.758.998,56 ha lahan potensial kritis; dan 925.402,31 ha lahan tidak kritis. 
 
Saat ini lahan sangat kritis terluas berada di Kabupaten Banyuasin,yakni 75.754,12 ha. Guru besar dan Ketua Departemen Konservasi Tanah dan Air Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Naik Sinukaban mengungkapkan, saat ini kondisi lahan dan ekosistem di sepanjang DAS di Indonesia memprihatinkan. 
 
”Tak kurang dari 108 DAS di Indonesia butuh perbaikan, sebagai akibat dari ulah manusia yang tidak bersahabat dengan lingkungan,”kata Naik di Palembang belum lama ini. Indikasi rusaknya lahan dan ekosistem di sepanjang DAS di Indonesia adalah makin keruh dandangkalnya airdisepanjang sungai,termasuk seringnya bencana banjir dan kekeringan yang melanda.
 
Jika hal ini tidak segera mendapat penanganan serius seluruh pihak,dipastikan ancaman kekeringan dan banjir akan terjadi di masa-masa mendatang. “Hujan sedikit banjir, sementara bila musim panas terjadi kemarau panjang. Padahal, kalau DAS tetap terjaga, semuanya akan terjadi secara seimbang,” beber Naik seraya menambahkan, kondisi ini juga terjadi di DAS Musi yang mengalir dari Provinsi Bengkulu hingga ke Sumsel. 
Bahkan, saat ini di sepanjang DAS Musi,lebih dari 8 juta ha lahannya sudah dalam kondisi kritis. 
 
Sementara itu, Dirjen Bina DAS dan Perhutanan Sosial Kementerian Kehutanan (Kemenhut) Saiful Islam mengaku tak dapat berbuat banyak untuk memantau kerusakan lahan dan ekosistem di sepanjang DAS sebagai akibat keterbatasan SDM yang dimiliki. ”Yang terpenting kita lakukan restorasi,dimulai dari lingkungan terkecil,yaitu rumah tangga,”kata Saiful. dedy sagita


Post Date : 21 Desember 2011