|
[BEKASI] Banjir di Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, semakin meluas. Hingga Selasa (12/2), banjir telah menggenangi 1.300 rumah di tiga desa. Banjir melumpuhkan aktivitas warga, termasuk sekolah yang sejak akhir pekan lalu diliburkan. "Sekitar 1.300 rumah terendam akibat meluapnya Kali Ciherang dan Sungai Citarum. Volume air di dua sungai tersebut semakin meningkat akibat tingginya curah hujan di hulu sungai," kata Camat Muara Gembong, Mujahirin saat dihubungi SP, Selasa (12/2) pagi. Ia menjelaskan rumah yang tergenang banjir berada di tiga desa yaitu Desa Jayasakti, Pantai Jaya dan Pantai Mekar. Padahal, pada Senin (11/2), masih sekitar 800 rumah terendam. Ini berarti dalam sehari, jumlah rumah yang terendam bertambah 500 rumah. Penyebab banjir meluas, kata Mujahirin, selain karena curah hujan tidak henti-hentinya melanda Bekasi dan sekitarnya, juga disebabkan debit sungai yang mengelilingi wilayah itu bertambah. "Kami khawatir tanggul Kali Ciherang dan Sungai Citarum akan jebol. Kalau itu terjadi maka seluruh Kecamatan Muara Gembong akan tenggelam," jelasnya. Letak geografis Kecamatan Muara Gembong memang berada di bibir pantai. Selain itu wilayah ini merupakan muara dari Sungai Citarum dan Kali Ciherang. Posisi kedua sungai tersebut berada lebih tinggi dibanding pemukiman penduduk. Oleh karena itu, jika tanggul sungai pecah maka air akan dengan cepat menggenangi wilayah itu. Kecamatan yang dihuni sekitar 3.500 kepala keluarga (KK) ini, saat ini telah waspada menghadapi semakin meluasnya banjir. Rata-rata ketinggian air di rumah warga telah mencapai satu meter. Namun, hingga Selasa pagi warga masih tetap bertahan di rumah masing-masing. "Sekarang ini kami hanya waspada karena debit air di sungai yang mengelilingi wilayah ini belum ada tanda-tanda menurun. Malah, menurut informasi dari hulu sungai dilaporkan debit air cenderung meningkat. Makanya warga sudah bersiap mengungsi ke tempat yang lebih tinggi," kata salah satu warga, Agus (36). Siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pantai Mekar sudah diliburkan sejak Senin kemarin akibat banjir. "Gedung sekolah sudah terendam setinggi setengah meter. Akses jalan menuju sekolah juga sudah lumpuh," tambah Agus. Bantuan Lebih lanjut Mujahirin mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum menerima bantuan sama sekali. Padahal warga, kata dia, sudah mulai kehabisan stok makanan. Apabila hingga Selasa ini belum mendapat bantuan juga, maka warga yang terkena banjir terancam kelaparan. "Warga sudah kehabisan stok bahan makanan. Senin kemarin, kecamatan hanya menyalurkan bantuan mie instan dan itu pun sudah habis. Kami berharap pemerintah segera menyalurkan bantuan," harap dia. Perahu karet dan ban untuk membantu warga apabila terjadi banjir yang lebih besar juga sangat dibutuhkan. "Hanya dua perahu karet yang ada. Bila banjir besar datang alat itu tidak cukup untuk menolong ribuan warga," jelasnya. Seperti diberitakan SP Senin (11/2) tanggul Kali Ciherang yang bersebelahan dengan Desa Jayasakti, Pantai Jaya sudah mulai terkikis sepanjang 15 meter akibat derasnya aliran sungai. Warga di sekitar pinggiran kali itu saat ini makin takut mengingat debit air kali semakin besar yang dikhawatirkan dapat mengakibatkan tanggul pecah. Dia juga khawatir dengan sudah terkikisnya tanggul Sungai Citarum. "Sepanjang 150 meter tanggul di desa lainnya yaitu Pantaibakti dikhawatirkan pecah. Kalau tanggul itu pecah maka akses menuju Kecamatan Muara Gembong akan lumpuh dan seluruh rumah akan tenggelam," tambah Mujahirin. [HTS/L-8] Post Date : 12 Februari 2008 |