1.200 Rumah Rusak akibat Terendam

Sumber:Kompas - 20 Desember 2008
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

Bandar Lampung, Kompas - Dinas Sosial Lampung memastikan, banjir di Bandar Lampung pada Kamis (18/12) sore merendam dan merusak 1.200 rumah. Banjir merendam wilayah di Kecamatan Tanjungkarang Pusat, Tanjungkarang Timur, dan Telukbetung Barat.

Kepala Dinas Sosial Lampung Ahmad Farid, Jumat (19/12), mengatakan, dari pencatatan pos komando bencana sebanyak 82 rumah rusak berat termasuk hanyut akibat banjir, 127 rusak sedang, dan sisanya rusak ringan. Untuk membantu warga yang terkena banjir, delapan posko bencana dan dapur umum didirikan.

Sementara itu, ribuan warga yang rumahnya terkena luapan air Kali Awi dan Kali Balau terlihat sibuk membersihkan rumah dari kotoran karena banjir. Mereka membersihkan rumah dengan bantuan beberapa organisasi masyarakat, partai politik, dan petugas siaga bencana Pemprov Lampung.

Penyebab

Secara terpisah, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) memastikan penyebab banjir di Bandar Lampung adalah rusaknya daerah serapan air dan tiadanya ruang terbuka hijau (RTH) di Bandar Lampung. Selain itu, Pemkot Bandar Lampung dinilai tidak konsisten dengan rencana tata ruang wilayah.

Mukri Friatna, Manager Regional Sumatera Eksekutif Nasional Walhi mengatakan, banjir di Bandar Lampung pada Kamis (18/12) terjadi akibat meluapnya Kali Awi dan Kali Balau. Daerah resapan air di daerah aliran sungai (DAS) Kali Awi di Langkapura, Kemiling, serta daerah resapan air di DAS Kali Balau di Batu Putu sudah sangat rusak. Di dua daerah tersebut sudah terjadi alih fungsi, dari daerah resapan air menjadi wilayah permukiman dan obyek wisata.

Faktor lain yang menyebabkan banjir ialah Bandar Lampung sama sekali tidak memiliki RTH. Dalam rencana tata ruang wilayah, Bandar Lampung disebutkan memiliki RTH, tetapi ruang-ruang itu sama sekali tidak ada.

Menurut Mukri, dari pemantauan Walhi justru bukit-bukit di Bandar Lampung yang seharusnya bisa menjadi penyeimbang lingkungan, daerah resapan air tanah, serta penahan air tanah saat ini rusak dan hilang. Dari 32 bukit, sebanyak sembilan bukit sudah hilang setelah dijadikan lokasi tambang galian C. (HLN)



Post Date : 20 Desember 2008