Putussibau, Kompas - Sekitar 1.000 rumah di Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, terendam banjir antara 50 sentimeter dan 3 meter. Banjir disebabkan oleh meluapnya Sungai Kapuas dan anak sungainya setelah hujan turun selama dua hari.
Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu Jantau, yang dihubungi dari Pontianak, Jumat (8/10), mengatakan, Sungai Kapuas mulai meluap sejak Kamis siang. ”Sebagian masyarakat mengungsi ke rumah kerabat yang tidak terendam. Aktivitas perkantoran juga terganggu,” kata Jantau.
Ramadanul Hikmah (36), warga Putussibau, mengatakan, permukiman penduduk yang terendam antara lain di wilayah Teluk Barak, Jalan Ahmad Dogom, Jalan Sultan Hasanuddin, dan KS Tubun. ”Di Teluk Barak, tinggi air sampai 3 meter. Kebanyakan tinggi tiang rumah panggung hanya 2 meter sehingga air masuk rumah setinggi 1 meter,” katanya.
Sejumlah kantor yang terendam antara lain Dinas Bina Marga serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan. ”Para pegawai masih masuk kantor, tetapi kebanyakan menyelamatkan barang- barang kantor agar tidak terlalu lama terendam,” katanya.
Putussibau dilintasi Sungai Kapuas dan dua anak sungainya, Sungai Mendalam dan Sungai Sibau.
Ramli (45), warga Putussibau lain, mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terbesar sepanjang tahun 2010.
Kepala Pusat Penelitian Keanekaragaman Hayati dan Masyarakat Lahan Basah Universitas Tanjungpura Gusti Zakaria Anshari mengatakan, sifat banjir di Putussibau menggenang, bukan banjir bandang, karena Putussibau merupakan dataran rendah. Akibatnya, banjir bisa merendam beberapa hari.
”Perubahan cuaca secara ekstrem yang yang ditandai dengan hujan turun selama dua hari yang sebelumnya jarang terjadi berkontribusi terhadap terjadinya banjir,” kata Gusti.
Gusti menambahkan, 10-15 tahun mendatang, anomali cuaca akan mengakibatkan intensitas hujan di Pulau Kalimantan makin tinggi dengan interval makin sering. ”Banjir kali ini bisa dibilang baru peringatan karena banjir lebih besar akan terjadi kalau intensitas hujan makin tinggi dengan interval makin sering,” kata Gusti.
Banjir bandang
Di Lampung, banjir bandang menimpa sedikitnya tiga desa di Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Pesawaran, Kamis (7/10) dini hari. Banjir menghanyutkan sedikitnya lima rumah dan puluhan lain rusak berat.
Dusun-dusun yang terkena banjir bandang ini berada di Daerah Aliran Sungai Punduh. Dampak kerusakan terparah dari banjir yang membawa lumpur, batang-batang pohon, dan batu besar ini terjadi di Desa Maja. Empat rumah semipermanen hanyut tersapu banjir.
Camat Punduh Pedada Mursalin, Jumat, mengatakan, banjir juga merusak 21 rumah di desa yang berada di hulu Sungai Punduh ini. Banjir bandang juga menghanyutkan sebuah rumah di Desa Kampung Baru serta merusak puluhan rumah di Pekon (Desa) Ampai, Umbul Limus, dan Desa Tajur.
Total 61 rumah rusak berat dan ringan. Kerugian ditaksir Rp 500 juta. Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Penduduk sempat menyelamatkan diri dan mengungsi.
Banjir bandang merusak jembatan menuju Dusun Pungayon. ”Padahal, itu jembatan satu-satunya untuk akses warga,” kata Mursalin. Banjir juga menghancurkan beronjong penahan banjir di Dusun Talangaji.
”Musibah ini yang terparah. Dulu, sebelum sungai dikeruk dan diberonjong, banjir tidak separah ini,” kata Mursalin. Penyebab banjir bandang, selain curah hujan tinggi di hulu Way Punduh di Gunung Tanggang, juga diyakini akibat kerusakan hutan di daerah itu.
Bupati Pesawaran Aries Sandi mengunjungi lokasi banjir dan memberikan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Pesawaran senilai Rp 35 juta. Menurut dia, untuk jangka panjang agar banjir serupa tak terulang, ada baiknya dibuat dam penahan di wilayah hulu sungai. (AHA/JON)
Post Date : 09 Oktober 2010
|