1.000 Rumah Terendam

Sumber:Kompas - 02 Juli 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANJARMASIN, KOMPAS - Dalam sepekan terakhir, 14 desa di Kecamatan Antang Kalang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dilanda banjir akibat hujan deras yang turun beberapa hari berturut-turut di hulu Sungai Mentaya.

Keterangan yang dihimpun pada Kamis (1/7) menyebutkan, sekitar 1.000 rumah warga terendam air setinggi 1-2 meter. Sejumlah warga mengungsi ke rumah saudara yang posisinya lebih tinggi. Sebagian lagi bertahan di rumah mereka yang berupa rumah panggung.

Aktivitas masyarakat terhambat akibat jalan desa tergenang air. Warga harus menggunakan perahu untuk bepergian. Kegiatan penyadapan karet juga terhenti karena perkebunan warga tergenang air.

Camat Antang Kalang Ahmad Sarwo Oboi, yang dihubungi dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kamis, menuturkan, genangan air sudah berangsur surut. Dari 14 desa yang terendam, tinggal tiga di antaranya yang masih tergenang, yakni Tumbang Ramai, Sangai, dan Tukang Langit. Desa Sangai dan Tukang Langit posisinya berada di daerah hilir.

Adapun 11 desa lain sudah terbebas dari genangan air, yaitu Tumbang Manya, Tumbang Gagu, Sei Puring, Tumbang Kalang, Sei Hanya, Rantau Suang, Bajaney, Tumbang Boloi, Kuluk Telawang, Buntut Nusa, dan Rantau Katang. Desa-desa ini berada di dekat aliran Sungai Mentaya.

”Tadinya hanya 11 desa yang tergenang. Namun, dua hari lalu ada tambahan lagi tiga desa, dua di hilir dan satu desa lagi di atas (hulu) yang laporannya tertinggal. Total penduduk yang terkena banjir mencapai 1.220 keluarga dengan jumlah jiwa sekitar 5.000,” kata Oboi.

Oboi menambahkan, setiap tahun peristiwa serupa selalu terjadi. Namun, banjir tahun ini tergolong parah.

”Bantuan sudah didistribusikan, kecuali dua desa terbaru yang masih dalam proses. Dari pemerintah daerah Kotawaringin Timur ada bantuan sembako. sementara dari dinas kesehatan provinsi ada bantuan makanan tambahan,” kata Oboi.

Kepala Dinas Sosial Kalteng Alif Abdullah secara terpisah mengatakan, pihaknya juga sudah memberikan bantuan, di antaranya beras, mi instan, dan lauk pauk.

Sementara itu, dua minggu setelah kejadian banjir dan longsor di sejumlah tempat di Ambon, Maluku, tercatat 37 keluarga masih mengungsi. Sebanyak 18 keluarga di antaranya belum bisa kembali ke rumah karena rumah mereka telah hancur ketika banjir dan longsor melanda daerah itu pada 13 Juni lalu.

Di kawasan Batu Merah Dalam, Kelurahan Amantelu, Kecamatan Sirimau, Ambon, misalnya, terdapat 10 keluarga yang masih mengungsi di masjid di RT 1 RW 12 Batu Merah Dalam. Barang-barang mereka, seperti kasur dan lemari, masih ditaruh di pelataran masjid.

Sebagian rumah milik para pengungsi hancur karena longsor. Sebagian lagi ada yang hancur oleh banjir akibat luapan Sungai Batu Merah.

Di kawasan Batu Gantung, Kelurahan Kudamati, Kecamatan Nusaniwe, terdapat sedikitnya 27 keluarga yang masih mengungsi di rumah tetangga.

Sebanyak delapan keluarga di antaranya tidak bisa kembali ke rumah karena rumahnya masih tertimbun material longsoran berupa lumpur dan tanah.

Sementara sisanya tidak bisa kembali ke rumah karena berdasarkan survei Badan Geologi, potensi longsor sangat besar kemungkinannya terjadi lagi.

Korban jiwa

Bencana longsor tersebut tak hanya merusak rumah warga, tetapi juga menyebabkan delapan warga meninggal dunia.

Ellen Lutluthur (45), salah satu pengungsi di Batu Gantung, yang rumahnya hancur terkena longsor, mengaku kesulitan untuk membangun kembali rumahnya. Penyebabnya, selain ada potensi longsor terjadi lagi, material longsoran masih menimbun sebagian rumahnya.

Untuk pindah ke lokasi lain, Ellen mengaku tidak memiliki uang. ”Suami sudah lama menganggur, tidak ada lagi uang untuk membeli tanah atau rumah di tempat lain. Kami berharap pemerintah bisa membantu,” katanya. (APA/WER)



Post Date : 02 Juli 2010