Demak, Kompas - Pasang air laut alias rob merendam paling tidak 10 desa pesisir pantai di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (11/1). Rob menyebabkan lebih dari 1.000 rumah dan puluhan hektar tambak tergenang air setinggi 20 sentimeter hingga satu meter. Rob itu pun hampir mencapai jalan pantai utara (pantura) yang berjarak sekitar 3-4 kilometer dari laut utara.
Rob merendam sejumlah bangunan di dekat jalan pantai utara, seperti markas Kepolisian Sektor (Polsek) Sayung yang terletak sekitar 10 meter utara jalan pantura. Air juga menggenangi SD Negeri 1 dan 2 Purwosari dan SMP Negeri I Sayung.
Pada Selasa sore, ketinggian genangan air di markas Polsek Sayung masih sekitar 15 sentimeter (cm). Pada Selasa pagi, ketinggian air di tempat itu mencapai 50 cm. ”Baru kali ini markas kami terendam banjir,” kata Wakil Kepala Polsek Sayung, Inspektur Dua Untung Supriyadi, Selasa.
Banjir yang disebabkan rob dan hujan deras, mulai melanda wilayah yang berbatasan dengan Kota Semarang, Selasa sekitar pukul 03.00. Akibatnya, tanggul penahan air laut di Desa Timbulsloka jebol 20 meter.
Desa Timbulsloka serta tiga desa lainnya, yaitu Sriwulan, Bedono, dan Purwosari, paling parah dilanda rob. Enam desa lain yang tergenang adalah Sidogemah, Gemulak, Tugu, Surodadi, Sidorejo, dan Banjarsari. Di setiap desa ada sekitar 200-300 rumah.
”Banjir itu merupakan banjir tahunan. Penyebab utamanya adalah kerusakan pesisir Demak,” kata Camat Sayung, Sudaryanto Arief.
Rob juga melanda puluhan hektar tambak milik sekitar 100 petambak di Desa Pandansari dan Desa Bedono, sehingga sebagian ikan di tambak hanyut. Pasang terjadi hampir sebanyak 10 kali setiap bulan.
Ombak hantam rumah
Hujan deras disertai gelombang tinggi juga terjadi di kawasan pantai Kota Semarang pada Selasa sekitar pukul 04.00. Lima rumah di kampung nelayan Kelurahan Tambaklorok, Semarang Utara, rusak diterjang ombak. Banjir juga menggenangi kawasan itu sekitar empat jam.
”Sudah seminggu ini gelombangnya tinggi terus,” ujar Matarudi (66), yang rumahnya rusak diterjang ombak. Rumah Matarudi yang bersebelahan dengan laut dan berkonstruksi kayu itu hancur.
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jateng, Evi Lutfiati, menyebutkan, kecepatan angin di Kota Semarang sepekan ini berkisar 30 kilometer per jam. Bahkan, mulai Senin (10/1) lalu, kecepatan angin mencapai 40 kilometer per jam.
Tingginya kecepatan angin mengakibatkan gelombang tinggi di laut. ”Cuaca ekstrem dengan hujan lebat dan angin kencang masih akan terjadi hingga Februari 2011. Intensitas hujan rata-rata 20-50 milimeter per hari, tetapi masih ada kemungkinan curah hujan mencapai 100 milimeter per hari,” ujar Evi.
Di Banyumas, hujan deras yang terjadi sejak Senin sore menyebabkan longsor dan menimpa gedung SD Negeri 1 Kedungwuluh, Kecamatan Patikraja. Lima dari enam ruang kelas di sekolah itu rusak berat.
Pada Senin sore, hujan deras disertai angin kencang menyebabkan dua rumah warga Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara, Purbalingga, rusak berat, dan 46 lainnya rusak ringan. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. (den/hen/uti/han)
Post Date : 12 Januari 2011
|