|
DKI Jakarta masih krisis air bersih. Buktinya, kebutuhan air bersih di Jakarta pada tahun 2013 seharusnya mencapai 23,3 meter kubik per detik. Namun demikian, hingga saat ini, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jaya baru bisa memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga Jakarta mencapai 18,025 meter kubik per detik. Sehingga masih mengalami defisit sekitar Rp5,3 meter kubik per detik. Direktur PDAM Jaya Sri Kaderi mengatakan ketahanan air di Jakarta baru mencapai 3 persen. PDAM Jaya berharap dapat meningkatkan ketahanan air di Jakrta hingga mencapai 20-25 persen. Untuk itu, pihaknya akan mengoptimalkan sungai-sungai di Jakarta. “Yang bermasalah sekarang adalah kontinyuitasnya karena sumber air di Jakarta itu asalnya dari luar. Kita akan coba meningkatkannya, karena masih mengalami defisit sebanyak 5,3 meter kubik per detik,” kata Sri di Jakarta, kemarin Tidak hanya akan mengoptimalkan air sungai Jakarta, lanjutnya, PDAM Jaya juga akan terus berupaya menurunkan tingkat kebocoran air atau non revenue water (NRW) dari 42 persen tahun lalu menjadi 35 persen di tahun 2015. “Tahun ini kita targetkan penurunan NRW mencapai 39 persen, lalu tahun 2014 mencapai 37 persen,” ujarnya. Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan terkait otonomi daerah, air menjadi komoditi yang sangat mahal dan langka. Sehingga bisa saja terbuka peluang terjadinya rebutan antar wilayah pemerintahan, berpotensi memicu konflik. Untuk menghindari itu, Jakarta dituntut mampu menyediakan infrastruktur pelayanan air bersih kepada seluruh lapisan masyarakat. “Antara lain, kita harus mampu menyediakan pelayanan air minum dan pengelolaan air limbah. Tingkat pengelolaan air limbah di Jakarta sangat minim, yaitu hanya 2 persen, lebih rendah dari kota-kota besar lain di Asia. Karena itu, Pemprov menjajaki kerja sama dengan investor yang berminat dengan teknologi yang disesuaikan,” kata Basuki atau Ahok. Anggota Komisi C DPRD DKI Achmad Husein Alaydrus meminta untuk membenahi persoalan air Jakarta, Pemprov DKI harus mulai melakukan koordinasi dengan semua kalangan dalam penyelesaian air bersih. “Segera komunikasikan dengan Provinsi Jabar, operator, dan pihak lainnya, jangan biarkan berlarut tanpa solusi,” kata dia. Seperti diketahui, persoalan utama air Jakarta terletak pada ketersediaan dan kualitas bahan baku yang terus menurun. Sedangkan kebutuhan air terus meningkat. Saat ini sekitar 80 persen air baku Jakarta berasal dari Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Tujuh belas persen berasal dari Sungai Cisadane, Tangerang. Sedangkan sisanya sebesar 3 persen berasal dari Jakarta.
Post Date : 28 Maret 2013 |